Senja itu di pantai, aku dan Nina menghabiskan akhir pekan. Angin mengembus pelan. Nina menghela napas dalam. Garis-garis wajahnya mengendur. Garis bibirnya melengkung naik. Seolah-olah mengumpulkan keberanian demi membuka mulut. Entah apa yang akan dia katakan. Namun yang kulihat, ada segaris keraguan di air mukanya.
"Kamu kenapa, Nin?" tanyaku setelah cukup lama membeku.
"Kenapa? Maksudnya?"
"Iya. Dari tadi kamu hela-hela napas gitu. Kayak gugup gimana, gitu," kataku sambil tersenyum canggung.