Kekasih Tanpa Wajah

rhee
Chapter #17

Chapter#17 Terperangkap

Bab 17

 

Bila air yang sedikit bisa menyelamatkanmu dari rasa haus, maka tak perlu meminta air yang lebih banyak, yang bisa saja membuatmu tenggelam karenanya.

Emha Ainun Nadjib ( Budayawan )


 

Mereka berdiri di bawah jendela. Telinga masing-masing ditempelkan pada dinding yang menjadi bagian kamar. Sayup mereka mendengar suara yang menggugah napsu. Barli menyeringai menatap Tami. Perempuan itu mendelik. Darma sendiri menahan napas. Ia menjauhi tempat itu. Tami memandanginya.

"Kukira kalian bajingan. Ternyata tidak lebih dari anak-anak kecil yang nakal saja." gumamnya. Barli tidak terlalu mendengarkan itu. Ia masih menikmati suara-suara dibalik tembok. Tami menarik tangan Barli untuk keluar dari pekarangan belakang rumah. Lelaki itu bersungut-sungut. Darma melihatnya terkekeh pelan. Mereka telah membuat rencana untuk membebaskan Jaman yang terjebak atau tersiksa oleh kenikmatan.

Sebenarnya Barli enggan ikut, ia tidak mau mengganggu Jaman yang sedang belajar bercinta. Namun Tami meyakinkan, jika Jaman hanya terjebak disana. Karena bila lelaki itu menginginkan tubuh perempuan, maka Mimi bisa menjadi sasaran yang lebih baik baginya. Tetapi semua tidak pernah dilakukannya.

Barli dan Tami sudah berdiri di depan pintu yang tertutup. Darma sendiri sengaja masih menunggu di luar jendela kamar di belakang rumah. Bila nanti Jaman naik ke jendela yang terbuka, ia bisa menyemangati.

Tami yang mengetuk pintu, langsung keras. Barli sampai terkejut mendengarnya. Ia meneguk minuman keras langsung dari mulut botol.

"Kau jangan sampai mabuk. Jika kau mabuk, gagal semua," Tami berkata sewot. Lelaki itu terkekeh.

"Sepanjang aku minum, belum pernah aku mabuk. Aku bahkan menginginkannya agar lupa semua isi dunia," katanya. Tami mencibir. Kembali ia mengetuk pintu. Masih tak ada sahutan. Berganti, Barli yang mengetuk pintu. Keras sampai Tami menyubit perutnya. Barli terkekeh.

"Kuharap aku mabuk berat nantinya. Hingga lupa diri dan lupa juga padamu." ujar Barli. Tami mengumpat.

"Tak terbayangkan jika kau yang terjebak disana!" ujar Tami. Barli tergelak.

"Aku bahkan berharap terperangkap dalam pelukanmu!" ujar Barli sambil kembali meminum cairan apinya. Memerah wajah Tami mendengarnya. Ia menatap lelaki di sampingnya yang masih tenang meneguk minuman.

"Jika kau sungguh-sungguh dengan apa yang kau ucapkan, aku akan dengan senang hati menerimanya. Selain kau tampan, juga berbeda dengan semua lelaki yang pernah kutemui. Kau juga Malaikat penolong buatku. Karena kau telah membantu kehidupanku menjadi lebih baik dari sebelumnya. Sudah membuat orangtuaku di desa menjadi lebih bahagia karena aku bisa rutin mengirimkan uang untuk kehidupan mereka disana." semua ujaran Tami itu hanya tertahan di lidah kelunya, tengsangkut di tenggorokan dan menggema di kedalaman dadanya belaka. Perempuan itu membatin resah.

Barli kembali mengetuk pintu semakin keras. Tak lama terdengar makian lelaki di dalam rumah. Lalu beradu mulut dengan seorang perempuan. Mereka mencari anak kunci pintu yang entah jatuh dimana. Terdengar juga suara lelaki dibalik pintu yang masih tertutup.

"Siapa kau brengsek? Ada perlu apa malam-malam mengganggu orang?!" umpat Baban. Barli memberikan isyarat agar Tami yang menjawab.

"Aku mau menebus barang gadaian!" sahut Tami serak. Sesaat hening.

"Apa kau tidak bisa lihat di kaca bagian samping, tertulis 'Tutup'. Baca lagi!" ujar Baban lagi.

"Aku datang dari jauh, dan perlu dengan barangku yang tersimpan disini!" sahut Tami. Barli mengacungkan jempol.

"Apa barangmu itu?" bertanya Baban.

"Televisi," jawab Tami. Terdengar suara bahak Baban di balik pintu.

"Seberapa penting televisi buatmu hingga malam-malam kemari? Kenapa tidak kau tangguhkan saja sampai besok?" ujar Baban.

"Sangat penting. Karena aku dengan pacarku akan menonton film porno kesukaan kami!" jawab Tami dengan suara bergetar. Barli mendengarnya sampai tersedak minuman. Ia sedikit menjauhi teras agar suaranya tak terdengar Baban. Setidaknya untuk saat itu saja sebelum Baban membuka pintu.

Baban tercengang di balik pintu. Ia mengumpat dan tersenyum senang saat istrinya yang sejak tadi mencari anak kunci, akhirnya menemukannya juga. Baban menyambar anak kunci dan meminta Rosma kembali masuk kamar.

Sementara Jaman, semenjak Baban dan Rosma keluar kamar, ia bersusah payah juga untuk keluar dari bawah ranjang. Ia berhasil lolos dari penjara kolong tempat tidur, meski sesaat tadi nyaris terjatuh karena licinnya lantai kamar oleh entah cairan keringat atau apa lagi. Saat Jaman hendak mengambil dan mengangkat kursi, terdengar langkah kaki lembut mendekati kamar. Jaman kembali gugup. Tanpa berpikir panjang, ia masuk kembali ke bawah tempat tidur. Telapak kaki dan betis putih mulus milik Tante Rosma terlihat olehnya. Jaman menelan ludah. Ia mengutuk kebodohannya, kenapa setelah lolos dari kolong ia tidak segera menutup pintu kamar lalu menguncinya agar ia lebih leluasa keluar dari sana melalui jendela. Namun kepanikan membuat Jaman kurang bisa berpikir jernih.

Pintu rumah terbuka. Baban melihat bidadari cantik berdiri di atas teras. Lelaki itu menyeringai liar. Namun seketika ia terkejut dan mengumpat saat melihat Barli sempoyongan mendekatinya.

"Pegadaian tutup anjing!" makinya saat Barli mendorong pintu menjadi lebih terbuka lebar dan ia langsung masuk hingga menyerempet tubuh Baban. Sebelum Baban berbuat kasar kepada Barli, Tami segera masuk dengan mendorong pelan dada Baban. Lelaki itu tersenyum buas.

"Mana televisi punya kita sayang?" ujar Barli dengan suara dan gaya orang yang terkena sengatan minuman keras yang melimpah. Baban menyeringai. Ia menatap Tami.

"Ini pacarmu yang akan nonton film porno?" tanyanya.

“Lalu setelahnya, kalian akan membuat film bersama,” kekeh Baban. Memerah wajah Tami namun cepat ia menutupi gugupnya. Perempuan itu mengangguk. Baban terkekeh melihat Barli yang sedang meneliti beberapa pesawat televisi.

"Apa yang bisa dilakukan oleh lelaki pecundang macam ia?" kata Baban kepada Tami sambil menunjuk Barli yang masih membungkuk melihat-lihat televisi disana. Tami menahan tawa demi melihat Barli sudah menjadi manusia bodoh.

"Bermain cinta dengannya hanya akan membuat kepalamu pening saja. Kau tidak akan terpuaskan!" kata Baban sambil menatap paras wajah Tami yang cantik dan seluruh tubuh perempuan itu yang elok. Pandangan Baban menjilati ujung kaki sampai rambut Tami yang hitam sebahu. Baban menelan ludah ketika Tami balas memandangnya.

"Kami hanya akan menonton film saja, tidak bermain cinta." ujar Tami serak. Baban terbahak. Ia melihat botol minuman dalam pegangan tangan Barli. Ia tersenyum. Minuman bagus. Namun ia lebih menginginkan tubuh perempuan seperti Tami saat itu. Sekedar minuman, ia bisa menegaknya kapan saja. Apalagi dalam lemari es di dapur, ia masih menyimpan dua botol minuman yang akan ia tandaskan begitu permainan babak selanjutnya selesai bersama istrinya. Ronde-ronde berikutnya akan ia lakukan sampai pagi.

"Manusia mana yang menonton film porno, berlainan jenis, lalu tidak mewujudkan semua yang ditontonnya?!" sengit Baban. Tami terkesiap saat lelaki itu menutup pintu, menguncinya dan melemparkan anak kunci hingga membentur dinding tembok dari jarak yang jauh, nyaring bahan logam terdengar jatuh menimpa lantai. Barli berdiri mendongak. Anjing, malah kita ikut terjebak disini! Kata hatinya memaki.

"Lebih baik kau bermain ranjang denganku," parau suara Baban sambil mendekati Tami. Perempuan itu beringsut mencoba menjauh. Baban tertawa terbahak.

"Aku bersumpah, kau akan sangat puas. Bahkan lain waktu akan memohon kepadaku agar mengulanginya lagi!" kata Baban dengan pandangan liar dan semakin mendekati Tami.

"Hai, kau tidak memandangku disini?!" ujar Barli sengak. Baban menoleh. Terkekeh. Ia membalikan badan. Menangkap bahu Barli. Setengah menyeretnya, Barli pura-pura menolak. Baban makin kuat merangkul bahu Barli, saat kemudian tubuh Barli ia dorong masuk ke dalam kamar, dimana istrinya tengah berdiri dimuka cermin.

"Kau akan puas bersamanya!" berat suara Baban saat meninggalkan Barli di kamar bersama istrinya. Tante Rosma kaget, dan menatap Barli. Barli sendiri tercengang. Kedua matanya nanar. Gila, perempuan tanpa selembar benang itu begitu cantik dan molek. Tubuhnya lebih tinggi dari ukuran rata-rata perempuan kebanyakan. Beberapa lekukan tubuh dalam dirinya begitu nyaris sempurna. Barli melangkah pelan dan menyimpan botol minumannya di sudut kamar. Ia duduk di tepi ranjang. Tante Rosma melangkah mendekati Barli dengan pandangan liar.

"Iblis tampan darimana tiba-tiba saja suamiku memberikannya padaku?" lirih Tante Rosma.

Kembali Barli menatap tubuh Rosma. Namun beberapa detik kemudian, suara lengkingan Tami menggugah keterpanaan Barli. Setengah berlari ia keluar kamar. Barli mengutuk, ia berdiri mematung. Ia melihat Tami berada dalam dekapan Baban. Sebelum Barli melakukan sesuatu, Tante Rosma yang memyusulnya dan memeluk dari belakang.

Kaparat! Barli memaki dalam hati. Kehangatan tubuh Tante Rosma menyelinap diam-diam ke dalam seluruh aliran darahnya dan membuatnya menggelegak.

"Hai anjing, kau cari televisinya dulu!" serak suara Barli. Baban menoleh memandang Barli. Tiba-tiba Tante Rosma melepaskan pelukan ke tubuh Barli. Perempuan itu berjalan menghampiri suaminya. Baban melepaskan dekapan ke tubuh Tami.

"Kau atau aku yang bertahan lama dalam permainan nanti!" tantang Tante Rosma dengan suara serak kepada suaminya. Baban terkekeh. Ia melihat Tami yang bermuka pucat. Rosma mendekati Tami. Melihat wajah perempuan itu dari jarak yang sangat dekat. Jemari lentik Rosma membelai pipi mulus Tami. Tami sendiri sempat melirik, ternyata Barli telah lenyap dari pandangan.

"Jika kau mampu mengalahkan suamiku, kau bisa bergabung dengan kami di kamar itu!" desis Tante Rosma. Meski Tami cukup berpengalaman dalam adegan ranjang, namun entah kenapa, mendengar ujaran Tante Rosma, membuat bulu kuduknya merinding. Suami-istri yang 'sakit'. Batin Tami.

Barli sudah menarik tangan Jaman yang masih tiarap di kolong kasur.

"Anjing, keparat. Kau habis makan apa hingga tubuhmu berat sekali!" cerca Barli. Jaman mendengus.

"Berat karena dosa!" gerutu Jaman setelah setengah badannya lolos dari pengapnya kolong kasur.

Lihat selengkapnya