Kekuatan Buku Pelajaran

A.Ariny Syahidah
Chapter #1

Sinar Paling Silau

Rayya merasa silau. Baru aja sampai di sekolah, buku pelajaran yang akan dipakai buat bentar, malah bersinar terlalu terang. Padahal Rayya butuh. Rayya perlu buka. Rayya harusnya sudah baca sebelum pak Joko Damono yang katanya bukan keturunan komodo masuk kelas.

Lah, apa hubungannya?

Rayya juga pusing kok. Pak Joko Damono cuma bilang itu. Selalu dan selalu. Ya Rayya ikutin aja.

"Pak Joko Damono bin Uno Muno akan kasi kita ujian dalam tempo yang selama-lamanya."

Tena berbagi informasi di jalan tadi. Itu tadi. Tapi Rayya merasa Tena baru mengucapkan. Padahal si anak dara yang satu itu ada di paling depan sekarang. Lupa dia punya teman di belakang. Alias, duduknya memang paling depan.

Sahabat nggak perlu selalu duduk di samping belakang atau depan kita kan?

Rayya mah seneng menjelajah banyak teman. Soalnya biar banyak yang bisa dimintain cembilan cepuluh alias cemilan kalau lagi laper. Padahal badannya nggak gemuk, malah banyak makan. Wakak.

Habis, Rayya suka makan sih. Tapi Rayya nggak suka kok makan orang. Gigit kulitnya aja asin. Gimana dalamnya? Ikan asin aja dipaksa idup lagi dalam air biar Rayya terhindar dari rayuan mama untuk memakan.

Ihi. Mama merayu.

Haha.

Sorry ngelantur.

Asal kamu nggak melantar.

Balik lagi ke alkisah.

"Duhai, buku pelajaran yang baik hati. Berbaik rindulah kamu untuk menghentikan sejenak sinaran mentari." Rayya baca mantra sambil menggerakkan kedua tangan ala jampa jampi.

Rayya berharap dia bisa membaca buku itu.

"Rayya, hush! Yang bener tuh sinaran silau terlihatnya buku pelajaran. Kita juga mau dong bohai gitu." Seorang cewek baru datang, langsung menampar tangan Rayya.

Cewek berpita pink itu duduk di bangku depan Rayya. Wajah manjanya terlihat jelas belum diberi makan buaya. Tapi apa buaya mau?

Ah pastilah mau. Secara, si pita pink cantik. Apalagi hidungnya. Apalagi matanya. Apalagi pipinya. Bibirnya nggak usah.

"Eh Cuminka! Ngapain sih kamu mau jadi bohai? Ntar malah jadi tante-tante loh. Diculik sama singa baper. Mau lo? Gara-gara badan lo bohai?"

Domma, berdiri di depan Cuminka. Tangannya habis nampar lengan si pita pink. Tas Domma belum dilepas. Sama kayak punya Cuminka.

Domma pakai jilbab. Tapi gayanya masih ala tomboy gitu. Tas aja beruang, seram gak tuh? Lengan baju digulung jadi 2/3. Untung beratnya bukan 2/3.

"Iiiiiihhh...Teh Domma apaan siii? Kulaporin sama yayang gue, disikat lu."

Cuminka mengancam dengan suara anak-anaknya yang melengking.

"Suruh sikat aja. Ntar gue sikat balik. Toilet aja gue sikat tiap hari. Apalagi dia."

Domma menaikkan salah satu kakinya di tepian meja Rayya. Satu lengan baju ditarik makin naik. Dia persis seperti per eman gue pikirin.

Lihat selengkapnya