Kelahiran Kota Lumpur

Mbak Ai
Chapter #11

Bab 11: Anjing Menggonggong, Ledakan Berdentum

Ketika Leila keluar rumah untuk membeli sabun di toko, hanya sepi yang menyambutnya. Sudah hampir dua bulan ia tinggal di kompleks perumahan ini dan benar kata ibunya, area perumahan memang berbeda seratus delapan puluh derajat dengan di dusun dulu.

Selama ia berjalan menuju toko yang berjarak dua meter, ia tak mendapati seorang pun sedang duduk-duduk di teras rumah, atau anak kecil yang bermain bersama-sama di jalanan. Orang-orang yang keluar hanya karena ada kepentingan seperti saat harus ke toko, sebagaimana dirinya.

Guk! Guk!

Leila terlonjak saat suara anjing di balik pagar putih melolong dengan kencang. Dari sela-sela pagar, ia bisa melihat anjing putih yang berbentuk mirip serigala sedang meraung-raung ke arahnya.

“Guk! Guk!”

Leila mempercepat langkahnya, bahkan menjadi berlari karena takut-takut anjing itu akan mengejarnya. Menurut rumor, pemilik anjing itu anak nakal dan suka sengaja melepaskan anjingnya untuk mengejar orang-orang yang lewat di depan rumah.

“Leila!”

Toko yang dituju sudah di depan mata, tapi seruan itu membuat Leila menoleh. Dalam hitungan detik, matanya melebar sempurna kala menyadari siapa yang baru saja memanggilnya.

“Bagas?!”

Bagas sedang berdiri di depan rumah yang letaknya persis di sebelah kanan toko. Terlihat ada mobil pick up di belakangnya yang masih berisi beberapa kardus dan barang.

“Lah… pindah ke sini juga?” tanyanya sambil berjalan mendekat, melupakan pesanan ibu untuk membeli sabun secepatnya.

Iyo! Ayah sama Ibu wis nyari kemana-mana, tapi akhire di sini,” jawab Bagas. Kepalanya melongok ke belakang Leila, lalu menoleh ke kanan dan kiri dengan kerutan di dahinya.

“Cari apa?” tanya Leila, menyadari gelagat aneh Bagas.

“Mira.” Bagas menjawab pendek. “Dia kemana? Biasanya kalian bareng-bareng terus,” lanjutnya.

Leila hampir menyemburkan tawanya, tapi tetap menahan dengan menjawab, “Dia lagi tidur.”

“Oh….”

Bagas berhenti menoleh-noleh, lalu kembali menatap Leila yang sedang tersenyum miring padanya.

“Apa? Kenapa?” tanya Bagas dengan berjalan mundur.

Leila makin merapatkan bibirnya untuk menahan tawa. Ada sebuah dugaan di benaknya yang memang sudah mengusiknya sejak lama--Bagas menyukai Mira. Dan ia menjadi makin yakin saat melihat wajah Bagas yang memerah.

Opo seh? Nggak jelas!”

Bagas berlari masuk dengan wajah yang sudah seperti tomat. Leila akhirnya tertawa keras, tapi buru-buru menutup mulutnya sebelum ditegur karena sudah berisik.

Leila akhirnya kembali menjalankan tugasnya untuk membeli sabun. Sepanjang perjalanan menuju rumah, ia terus terkikik geli sendiri membayangkan bagaimana jadinya jika Bagas dan Mira yang selalu bertengkar itu menjadi sepasang kekasih.

“Mira pasti kaget kalau tahu Bagas suka dia,” gumamnya.

Leila tak sabar ingin segera membangunkan Mira dari tidur siangnya dan membagikan berita ini, tetapi langkahnya terhenti saat merasakan timpukan berkala di kepalanya.

Lihat selengkapnya