Leila sadar kalau dirinya sangat pengecut karena memutar balik motornya. Seharusnya ia tetap menekan gas dan menabrak motor Adit yang terparkir di depan rumah Mira, lalu menjambak rambut mereka sampai botak. Harusnya ia berteriak marah, meluapkan seribu makian, dan memberi pandangan jijik.
Harusnya….
“Tumben pulang cepet, Lei?”
Leila mendengar pertanyaan heran ibunya, tetapi kepalanya terlalu kaku untuk sekadar menggeleng atau mengangguk. Ia hanya berjalan lurus menuju kamarnya dengan pandangan kosong, meski ia tak tahu apa yang selanjutnya dilakukan. Hanya saja, ia butuh kesendirian.
“Keluar,” ucap Leila dengan sisa-sisa suaranya kala mendapati Arum sedang membaca novel di kasurnya.
“Sebentar. Aku pinjam novelnya buat baca sebentar, Mbak.” Arum mengabaikannya dan terus membalik lembar halaman novel yang kemarin baru ia pinjam dari perpustakaan sekolah.
“Keluar, Arum.” Leila mengatupkan rahangnya saat mendengar gemetar di suaranya sendiri.
“Sebentar—”
Leila menarik novel Arum dengan paksa, lalu melemparnya sampai menabrak dinding. Arum mendongak dengan bola mata melebar sempurna.
“Mbak—”
“KELUAR!”
Arum tersungkur ke lantai saat Leila memaksanya beranjak dari kasur. Dahi Arum langsung memerah karena menabrak lantai dengan cukup keras, tapi ia tak sempat merintih karena Leila masih terus mendorong tubuhnya sampai keluar kamar.
Debuman pintu yang keras hampir menampar wajahnya. Arum menahan napas sambil menatap pintu itu dengan nanar. Kemudian, ia berdiri sambil mencari buku cerita lain yang sengaja disembunyikan di sudut meja belajar.
“Ini dia….”
Arum menyembunyikan buku itu ke dalam kaosnya, lalu masuk ke kamar mandi dan duduk di atas kloset yang sudah ditutup. Tubuhnya masih gemetar karena nyeri di dahi dan bentakan dari kakaknya, tapi ia mencoba mengabaikannya dengan terus membaca.
Orang tuanya sangat membenci buku-buku fiksi. Katanya, buku-buku itu hanya akan membuang-buang waktunya dan alasan kenapa nilainya selalu hancur. Sudah beberapa kali ia dimarahi karena ketahuan membaca buku dongeng atau buku cerita yang ia beli dari tabungan uang sakunya.
Buku-buku itu selalu berakhir menjadi abu di tempat sampah. Oleh karena itu, Arum suka meminjam buku-buku milik kakaknya. Ia sangat suka membaca… karena cerita dalam buku itu mampu membuatnya terbang ke alam lain. Meskipun ia harus membacanya secara sembunyi-sembunyi.
Jika membaca adalah cara Arum melupakan rasa sakitnya, maka mendengarkan musik adalah jalan yang dipilih Leila. Biasanya, Leila lebih sering keluar rumah, tetapi ia tak bisa keluar dengan keadaan seperti ini. Lagipula, teman dan pacar yang biasa menemaninya sudah menusuknya dari belakang.
Saat pemutar musik memainkan lagu Everytime dari Britney Spears, air mata yang semula ditahan-tahan akhirnya runtuh juga. Ia merasa sangat sakit… juga benci.
Kenapa?
Kenapa manusia gemar sekali berselingkuh?
Leila sudah mengalami dua kali kehancuran karena perselingkuhan. Yang pertama adalah bapaknya, kini kekasihnya. Dan dua-duanya adalah orang yang paling berharga dalam hidupnya.
Lagu itu berhenti berputar saat ada panggilan masuk. Leila meraih ponselnya dengan enggan. Ia tidak ingin berkomunikasi dengan siapapun saat ini.
Mira.
Namun, nama yang terpampang jelas di layar ponsel membuatnya menekan tombol “terima panggilan” tanpa pikir panjang.
“Halo, Lei? Katanya tadi pengen ke rumah. Aku udah pulang latihan tari. Dateng aja.”
Leila tertawa saat mendengar suara Mira yang tak ada rasa bersalah sama sekali.
“Lapo? Kok malah guyu? Lagi seneng ya? Adit kasih surprise?”