KELAM

Dewi
Chapter #9

Bab 9 perkataan tentang ayah

“Apakah kau pernah memikirkan hal yang sama denganku, Angel?” Angel menoleh mendengar pertanyaanku.

“Apa itu?” tanyanya dengan mulut penuh keripik.

“Pernahkah kau berpikir seumpama mereka bukan orang tua kandungmu?”

Angel menautkan keningnya, menatapku heran. “Tidak, karena aku yakin mereka adalah orang tua kandungku. Memangnya kenapa? Apakah kau bukan ....?” Angel menghentikan kalimatnya, tak ingin menebak-nebak.

“Begitu, ya? Sepertinya memang hanya aku yang berpikir demikian.”

“Ayolah, Elsa, ceritakan padaku. Apa yang terjadi?” desak Angel, yang kini berhenti mengunyah camilan itu.

Aku tersenyum saat melihat bola matanya yang menatapku lurus, “Tidak ada, aku hanya berpikir saja. Angel, apakah orang tuamu pernah memiliki kekasih sebelum mereka menikah?”

Angel diam sejenak, ia lalu menggeleng yakin, “Sepertinya tidak. Ayah adalah cinta pertama ibuku, begitu juga sebaliknya. Itu yang mereka katakan.”

“Oh, pantas saja kau tidak berpikir macam-macam.” Aku menunduk, membiarkan jemariku saling bertaut.

“Elsa, apakah mereka bertengkar lagi?” Angel bertanya lirih, menatapku dengan khawatir.

Aku menggeleng, mengulaskan senyum lebar padanya, “Tidak, mereka sudah berdamai,” kataku.

“Aku lega mendengarnya, Elsa. Lalu bagaimana dengan Ruby? Apakah dia sudah kembali ke sekolah?”

“Ruby memutuskan untuk berhenti, dia bahkan tidak mau menggambar lagi. Angel, aku tidak tahu harus bagaimana lagi untuk membujuknya,” ucapku.

“Sayang sekali, seandainya aku bisa membujuknya. Tapi, kau sendiri tidak terlalu dekat dengan kakakmu itu,” kata Angel menyesal.

Aku mengamati wajahnya, Angel memang terlihat mencemaskan Ruby. “Soal itu ....”

Angel kembali menoleh ke arahku, “Soal apa?” tanyanya.

“Apakah kau benar-benar menyukai Ruby?”

Pertanyaanku membuat Angel hampir tersedak saat ia kembali meneguk minumannya itu.

“Apa? Itu ....”

Aku tersenyum, mengangguk pelan. “Aku tahu itu hanya sebuah candaan. Lagi pula Ruby tidak pandai berteman, siapa yang akan jatuh cinta padanya?”

“Elsa, aku ....” Angel terlihat gugup, sungguh aku merasa tak enak hati karena telah menanyakan hal itu padanya.

“Lupakan saja, aku tidak bersungguh-sungguh,” kataku dengan senyum lebar.

“Sebenarnya Ruby itu tampan, hanya saja aku terlalu tidak percaya diri untuk menyukainya.” Angel menatapku lurus, dan aku tahu apa alasan di balik ucapannya itu. Ya, siapa yang mau memiliki hubungan dengan keluarga seperti itu? Siapa yang mau terlibat dengan masalah-masalah di dalamnya? Bahkan aku pun tidak.

Aku menghela napas panjang, kemudian tersenyum tanpa alasan. Gadis di sebelahku kembali menyesap minumannya, sesekali terlihat menggoyangkan kakinya.

Lihat selengkapnya