KELAM

Dewi
Chapter #16

Bab 16 Jeremy menyukaiku, Neva

Hari ini, aku memilih untuk istirahat seorang diri di sudut kantin sekolah. Semua yang terjadi kemarin masih meninggalkan luka di hatiku. Melihat Ruby yang dijemput paksa seperti itu, sama sekali tak pernah terbayang di kepalaku.

“Elsa.” Suara itu membuatku menoleh, terlihat Jeremy sudah berdiri tak jauh dariku. Aku menghela napas panjang, seakan tak mengharapkan kedatangannya. Isi otakku sudah tak mampu menampung cerita atau pertanyaan dari orang lain lagi.

“Ya,” jawabku malas dan membiarkan Jeremy duduk di depanku. Jeremy menatap lekat, entah kenapa aku tak nyaman dengan cara dia memandangku seakan Jeremy tahu semua yang terjadi kepadaku itu.

“Elsa, bolehkah kita menjadi kawan baik?” Jeremy mengatakan itu dengan senyum lembut, menunjukkan pesona yang memikat siapa pun yang melihatnya.

“Kenapa tiba-tiba ....” Aku menghentikan kalimatku dan teringat akan Neva. Mungkinkah Jeremy ingin mengetahui soal Neva melalui aku?

“Kalau itu tentang Neva ... maaf, aku tak bisa mengatakan apa-apa padamu,” kataku melanjutkan kalimat.

“Neva?” Jeremy tampak terkejut, ia lantas tersenyum lebar. “Kenapa Neva? Aku bahkan tidak ingin tahu soal dia,” jelasnya lagi.

“Lalu?” tanyaku.

“Ya, aku hanya ingin berteman baik denganmu, Elsa. Setelah ini kau melanjutkan ke mana?” tanya Jeremy dan kali ini aku yang terkejut dengan pernyataan itu.

“Aku belum tahu, mungkin melanjutkan di yayasan yang sama,” sahutku yang membalas dengan senyum kecil.

“Oh, kalau begitu aku juga,” katanya membuatku merasa aneh.

“Kenapa? Kau tidak ingin masuk ke SMU swasta favorit di kota ini? Kau pintar, kan?” ujarku yang pernah mendengar kabar kalau Jeremy akan masuk ke SMU favorit dengan orang-orang kaya di dalamnya.

Jeremy mengangkat bahunya tak acuh, “Sekolah di yayasan ini juga bagus, kan? Buktinya aku berada di sini sekarang. Kalau melanjutkan akan lebih mudah untuk diterima,” katanya.

Aku mengangguk, “Itu benar, tapi kau bisa mendapat sekolah yang lebih bagus, Jeremy,” sahutku dan Jeremy membalasnya dengan senyuman.

“Elsa, boleh aku bertanya?”

“Tentang apa?” Aku kembali meneguk minuman yang kupesan dari kantin sekolah, sengaja tak membeli kudapan atau makan siang karena kesedihan telah menghapus laparku.

“Kenapa kau berpikir kalau aku ingin tahu sesuatu tentang Neva?” tanya Jeremy yang kini menawarkan roti bekalnya itu.

Lihat selengkapnya