KELAM

Dewi
Chapter #17

BAB 17 Bermalam dengan perempuan itu

“Sudah kubilang sejak dulu, kalau anak itu tidak waras.” Darma meneguk minuman itu untuk kesekian kalinya. Matanya memerah mabuk, lelaki itu menyandarkan tubuhnya di sofa klub malam, ditemani seorang perempuan dengan pakaian yang begitu seksi.

“Kau terus mengingatnya meskipun sedang bersamaku, Darma,” protes perempuan itu, mengusap dada Darma yang terbuka.

“Sial! Aku tak bisa menyingkirkan anak itu dari kepalaku. Dia seperti benalu!”

“Kalau begitu bersenang-senang saja denganku, habiskan malam ini berdua, Darma,” katanya yang lantas mengecup bibir lelaki itu.

“Bagaimana kalau ke hotel?” tawar Darma yang masih setengah sadar itu.

“Kenapa tidak? Kau tahu kalau aku sangat menyukaimu, kan? Kau tampan dan selalu membuatku menginginkannya lagi, Darma.”

Darma meraih tubuh perempuan itu, tak puas hanya dengan sebuah kecupan darinya. Lelaki itu menggerakkan jemarinya yang lincah, menyentuh setiap bagian dari tubuh sang perempuan, membuatnya bergumam tak jelas.

“Orang bisa melihat kita kalau begini, Darma,” protesnya yang menuntut lebih.

“Kau tak sabar, Sayang? Kau ingin kita pergi ke tempat tidur?” Darma mencoba untuk berdiri, sesekali tubuhnya terhuyung dan perempuan itu menangkapnya.

“Tentu saja, sudah lama aku menunggu. Kau tidak datang sejak hari itu, kan? Aku pikir kau tidur dengan istrimu.”

Darma tertawa, melingkarkan tangannya di pundak perempuan itu, “Ayolah, mana mungkin aku melakukan itu dengan istriku, aku sudah muak dengan semua yang ia katakan. Perasaanku padanya mungkin sudah pudar, tak seindah dulu lagi. Itulah kenapa aku berada di sini untukmu, Sayang,” tukas Darma yang kemudian berjalan bersama perempuan itu untuk mencari sebuah hotel yang bisa mereka datangi.

“Benarkah itu?” Perempuan itu tertawa, terlebih saat Darma terus memuji dirinya tanpa batas.

...

“Hera, tak bisakah kau mengerti sedikit saja?”

Perempuan yang berbaring dengan peluh di tubuhnya itu menoleh, saat Darma mengucapkan kalimat-kalimat di dalam tidurnya. Baru saja mereka selesai bercinta, dan lelaki itu sudah memimpikan istrinya?

“Itu yang kau bilang tak mencintai istrimu lagi, Darma? Tapi apa peduliku, kau segera melupakanku begitu matahari terbit pagi ini.” Perempuan itu tersenyum, kembali memeluk Darma yang mungkin telah hidup di alam mimpinya itu.

...

Lelaki itu tersenyum saat sebuah kecupan menyentuh kelopak matanya yang terpejam, ditatapnya perempuan dengan selimut yang membungkus tubuh telanjangnya itu. Tangannya terulur untuk menyentuh rambutnya yang panjang terurai. Membelainya lembut.

“Semalam kau bermimpi, Darma,” kata perempuan itu yang menerima beberapa lembar uang kertas dengan senyum melengkung di bibirnya.

“Aku? Aku tidak ingat,” sahut Darma yang bangun dan mengenakan kembali semua pakaiannya.

“Kau memimpikan istrimu dan menyebut namanya. Darma, sepertinya kau masih mencintai dia.”

Darma berhenti memakai sepatunya, menoleh sejenak ke arah perempuan itu dan kembali mengikat tali sepatunya yang terlepas. “Kau ini bicara apa, itu tidak mungkin,” jawabnya tak acuh.

“Ya, itu terserah padamu, aku hanya memberitahu apa yang kudengar.”

Lihat selengkapnya