KELAM

Dewi
Chapter #23

Bab 23 ungkapan perasaan untukku

Sejujurnya, aku tak bisa memilih. Namun aku sendiri tidak tahu bagaimana perasaanku untuk Jeremy. Aku tidak pernah memikirkan tentang itu, sebagian besar hidupku habis karena derita.

Aku tak pernah ingin melukai siapapun. Jeremy menjadi teman baikku akhir-akhir ini, namun Neva adalah sahabatku.

Aku menutup buku harianku, meletakkannya diantara buku-buku sekolahku yang lain, berharap ia akan tersimpan rapat di sana. Terdengar suara mesin jahit ibu yang berisik, padahal waktu menunjukkan hampir tengah malam. Dan, ayah ... tampaknya ia belum juga kembali.

"Kau belum tidur?" Ibu bertanya saat aku keluar dari kamarku dengan gelas kosong di tangan.

"Haus," sahutku menunjukkan gelas kosong itu.

"Jangan tidur terlalu larut, tidak baik untuk tubuhmu," katanya lagi.

"Ibu sendiri selalu tidur larut, bahkan tidak tidur, kan?"

"Ibu harus menghasilkan uang, Elsa. Kakakmu dan kau butuh biaya." Ibu kembali menjalankan mesin jahitnya, terlihat tumpukan kain menunggu giliran untuk dikerjakan.

"Tapi Ibu harus memperhatikan kesehatan, aku tidak mau Ibu sakit. Bagaimana kalau aku tidak melanjutkan sekolah setelah lulus? Aku bisa bekerja dan membantu membayar biaya Ruby?"

Ibu menoleh, menatapku dengan alis saling bertaut. "Mau kerja apa kau dengan ijazah itu? Bukan itu yang Ibu inginkan. Ibu begini agar kau terus sekolah. Jangan pernah berpikir untuk berhenti, Elsa."

Aku tak bisa menjawab lagi, padahal aku hanya ingin meringankan beban ibu. Tak tega rasanya melihat ibu banting tulang untuk kami, bukankah seharusnya ia bahagia karena menikahi lelaki yang begitu ia cintai itu? Terkadang, aku takut memikirkan semua keadaan ini. Apakah kelak aku akan menemukan kebahagiaan ku sendiri ataukah sama seperti ibu?

...

"Elsa, temanmu menunggu di luar."

Aku baru saja meraih ranselku, dan terhenyak saat ibu mengatakan seseorang telah menungguku sepagi ini.

"Siapa?" tanyaku yang kemudian menghabiskan teh hangat buatan ibu sebagai sarapan pagi hari ini.

"Ibu belum pernah melihatnya, namanya Jeremy. Apakah dia teman sekolahmu?"

Aku tersedak saat ibu menyebut nama itu, bagaimana bisa Jeremy menemukan tempat tinggalku ini? Aku bahkan tak pernah memberitahu siapa pun kecuali Neva dan Angel. Aku mengangguk pelan saat ibu menatapku lekat.

"Eh, kami memiliki tugas yang harus dikerjakan bersama. Mungkin dia datang untuk memberi materinya," jelasku atas tatapan ibu yang menuntut jawaban.

"Baiklah, jangan pulang terlambat. Ibu akan memasak untukmu nanti." Ibu tersenyum, ia lalu keluar bersamaku untuk melihat Jeremy. Aku tahu ibu terlihat cemas, karena selama ini aku tak pernah memiliki teman lelaki, apalagi sampai datang ke rumah seperti itu.

Jeremy mengangguk sopan saat melihat ibu, bibirnya tersenyum memperlihatkan lesung di kedua pipinya. "Bolehkah Elsa berangkat bersama saya, Bu?"

Ibu menatap ke jalan, sebuah mobil sudah menunggu di sana. "Ya, kau harus mengerjakan tugas sekolah bersama Elsa, kan?"

Lihat selengkapnya