“Darma, sudah lama kau tidak mengunjungi aku. Aku sangat merindukanmu.” Wanita itu kembali membaringkan kepalanya di pangkuan Darma, sementara lelaki itu terlihat begitu menikmati minumannya.
“Dia mengabaikan aku, membuatku sangat marah,” celetuk Darma membuat wanita itu menatap wajahnya dari bawah.
“Siapa? Apakah itu istrimu?” tanyanya dengan nada manja.
“Siapa lagi, semenjak anak itu tidak ada di rumah dia mulai mengabaikanku. Bahkan setiap kata yang kuucapkan dianggapnya sebagai angin lalu,” jawab Darma.
Wanita itu tertawa kecil, membuat Darma menunduk dan menatap wajahnya yang penuh dengan make up. “Kenapa kau tertawa? Apakah itu terdengar lucu?” protes Darma.
“Tidak, hanya saja aku merasa aneh dengan sikapmu itu, Darma. Kau marah karena dia mengabaikanmu. Padahal kau selalu mengatakan kalau kau tidak mencintai istrimu lagi. Sebenarnya, kau sangat mencintai Hera, kan?” ucap wanita itu sembari mengusap perut Darma.
“Omong kosong, siapa yang akan jatuh cinta dengan wanita yang hanya memikirkan anaknya sendiri? Anak itu bahkan bukan anakku!” Darma bergerak membuat wanita itu bangun dari sana.
“Bagaimana kalau kau lupakan saja kemarahanmu itu saat bersamaku? Bukankah kau ke sini untuk bersenang-senang denganku?” wanita itu mengecup pipi Darma, mengambil gelas dari tangan lelaki itu.
“Kau selalu bisa membuatku senang. Apakah tidak ada wanita lain di sini?” Darma memutar matanya ke seantero ruangan yang gelap itu, cahaya lampu sesekali bergerak menerpa wajahnya yang memerah.
“Oh, kenapa? Kau bosan denganku? Jangan begitu, Darma. Aku selalu menunggumu di sini,” goda wanita itu dengan senyum lebar.
“Menungguku? Kau menunggu semua lelaki yang mendekat.”
Wanita itu kembali terkekeh, ia lantas menuang minuman untuk dirinya sendiri dan meneguknya hingga habis. “Aku menunggu siapa pun yang memberiku uang, Darma.”
Darma mencubit gemas pipi wanitanya, sesekali mengusap tubuh wanita itu. “Kau memang bisa diandalkan. Sudah berapa banyak yang kau dapat hari ini?”
Wanita itu menggeleng, “Hari ini aku khusus menyediakan waktu untukmu. Aku tahu kau akan datang,” ucapnya yang lantas mendorong tubuh Darma hingga jatuh ke sofa.
“Di sini? Semua orang melihat kita?”
Wanita itu tertawa lagi, “Tentu saja tidak, aku sudah mempersiapkan satu ruangan VIP untukmu.”
“Ruang VIP? Itu gila, aku tak akan bisa membayarnya,” protes Darma yang menolak ajakan wanita itu.