KELAM

Dewi
Chapter #27

Bab 27 Aku yang tak bisa memahaminya

“Maaf, telah merepotkanmu. Aku akan membawa si bungsu sekarang.” 

Aku mendengar suara bibi setelah beberapa hari si bungsu berada di rumah kami. Rasanya aku ingin keluar dan memakinya sesuka hatiku, tapi nyatanya aku tak pernah bisa melakukan itu karena ibu.  

Wanita itu begitu tidak tahu malu, di mana dia saat aku membutuhkan bantuan karena Ruby? Dia bahkan menolak saat aku datang untuk meminjam sedikit uang agar Ruby bisa disembuhkan di sana, dan sekarang dengan begitu mudahnya meminta bantuan kami?  

Aku tersenyum kecut ketika matanya menangkap siluetku yang berdiri di balik pintu gorden, membuatku terpaksa menemuinya.  

“Kudengar kau sudah lulus, Elsa?” tanyanya sembari memindahkan si bungsu ke dalam gendongannya. Aku hanya mengangguk untuk menjawab wanita itu, karena aku benar-benar tak ingin berhubungan lagi dengan mereka. 

“Baguslah, kau akan melanjutkan ke mana?” Kembali ia bertanya, seakan memaksaku untuk menjawab. Aku tahu bibi tak memiliki andil di dalam perbuatan suaminya, namun aku tetap tak bisa sedekat dulu lagi. Perbuatan lelaki itu telah menjadi dinding pembatas yang sangat tebal bagi kami. Dan bodohnya aku yang tak bisa mengatakan itu padanya. 

“Elsa akan melanjutkan ke yayasan yang sama, dia mendapat beasiswa,” kata ibu menjawab dengan senyum mengembang.  

“Oh.” Hanya itu yang terlontar dari mulut bibi, tanpa ucapan selamat atau apa pun.  

“Kalau begitu aku pulang dulu. Sekali lagi terima kasih karena sudah menjaga si bungsu selama aku sakit. Aku membawa sedikit buah-buahan untukmu.” Bibi menolehkan sedikit kepalanya ke arah meja, di mana ia telah meletakkan parsel berisi buah-buahan di sana. 

“Kau tidak perlu repot-repot. Si bungsu sudah seperti anakku sendiri,” tukas ibu yang mengantar wanita itu hingga ke teras rumah. 

... 

Aku menjatuhkan tubuhku di kursi, menatap ibu yang tahu tentang perasaanku soal adik iparnya itu. Ibu tersenyum mengusap kepalaku lembut. “Jangan seperti itu, dia bibimu.” 

“Lalu?” tanyaku ketus. 

“Ya, kau harus bersikap baik padanya,” jawab ibu.  

“Meskipun dia tidak peduli dengan Ruby? Apakah dia bertanya tentang keadaan Ruby?” Aku menggeleng dengan senyum sinis dan melanjutkan kalimatku, “Tidak, bukan?” 

Ibu mengangguk, menatapku dengan netranya yang tulus. “Kau benar, tapi kita tak memiliki hak untuk membalasnya. Segala perbuatan baik dan buruk itu sudah ada imbalannya masing-masing.” 

Lihat selengkapnya