KELAM

Dewi
Chapter #29

Bab 29 Kenapa, Ayah?

Aku tak pernah menyangka, jika apa yang menimpa Ruby pada akhirnya juga berimbas kepadaku. Orang yang kukira memahamiku, memilih untuk menjauh karena Ruby. Haruskah aku membenci ini? Tidak adakah orang yang tulus kepadaku?

Aku menatap kotak cokelat itu, yang katanya adalah hadiah permintaan maaf Jeremy kepadaku. Bibirku mengulaskan senyum pahit saat mengingat perkataan Angel tadi sore. Bukankah Jeremy terlalu kejam kepadaku? Apakah aku bersalah sehingga dia tega mengatakan itu?

Kakiku melangkah menuju teras, melempar kotak berisi cokelat yang bahkan belum kubuka ke dalam tempat sampah. Rasa bahagiaku luntur seketika, dan aku harus menghapus Jeremy dari kepala dan hatiku.

“Apa yang kau buang, Elsa?”

Aku mendengar suara ayah dari belakang tubuhku, membuatku berbalik dan menatapnya lekat.

“Hanya sesuatu yang tidak berguna,” jawabku tersenyum lembut.

“Oh, begitu. Bagaimana sekolahmu? Kau senang bertemu kawan baru?”

Aku menatapnya sekali lagi, tak biasanya ayah bertanya tentang itu. Aku menggeleng, “Entahlah, aku belum memiliki banyak teman.”

“Tidak apa-apa, kau akan memiliki banyak teman nanti.” Ayah mengulurkan tangannya, mengusap kepalaku pelan, sesuatu yang tak pernah ia lakukan sebelumnya.

“Ayah,” panggilku saat ia berbalik berniat untuk masuk ke dalam rumah.

“Ada apa?” Ayah kembali menatapku, menunggu.

“Bolehkah aku bertanya?” Aku melangkah masuk, mendekati ayah yang kini duduk di kursi ruang tamu kecil kami.

“Tentang apa?”

Aku diam sejenak, rasanya terlalu takut untuk menanyakan itu padanya, tapi aku harus tahu tentang kebenarannya. Aku tak ingin hanya mendengar sesuatu yang mungkin saja tidak terbukti.

“Ayah, apakah benar kalau Ayah memiliki wanita lain selain ibu?”

“Apa?” Ayah tampak terkejut mendengar pertanyaanku, ia bahkan sampai menautkan kedua alisnya.

“Siapa yang mengatakan itu padamu, Elsa?” tanyanya lagi seraya menatapku.

“Aku pernah mendengar ibu mengatakannya. Apakah Ayah sudah lupa? Hari itu kalian bertengkar dan ibu menyebut wanita lain. Jadi, apakah itu benar?” tanyaku.

“Kau masih terlalu muda untuk mengetahui banyak hal, Elsa. Dan, tidak semua hal harus kau tahu,” sahutnya datar.

Lihat selengkapnya