KELAM

Dewi
Chapter #30

Bab 30 Tidak tahu malu kau, Paman!

Aku tertegun saat melihat lelaki itu berdiri di depan gerbang sekolahku. Pertemuan yang tidak pernah kuharapkan. Aku melangkah malas mendekati gerbang itu, yang merupakan satu-satunya jalan untuk ke luar.

“Elsa!” Lelaki itu melambaikan tangannya, bibirnya tersenyum tanpa beban. Aku menatapnya miris, membuatku jijik.

“Elsa, tunggu sebentar.” Dia menghentikan langkahku, saat aku memilih untuk tidak menganggapnya ada. Dengan terpaksa aku pun berhenti, memilih tempat yang tak terlalu mengundang perhatian siswa lain.

“Elsa, aku tahu kau benci padaku. Aku datang untuk minta maaf,” katanya yang memaksa untuk menatap ke dalam mataku.

Aku menyeringai, begitu mudahnya mengatakan itu tanpa tahu rasanya berada di posisiku. Kalau kau memiliki anak perempuan, apakah kau akan rela jika anak perempuanmu diperlakukan demikian?

“Elsa,” katanya memanggil, saat aku hanya diam seraya menatapnya malas.

“Apakah permintaan maaf itu berguna setelah apa yang terjadi kepadaku, Paman?” kataku yang terpaksa menyebut panggilan itu untuknya.

“Aku hilang kesadaran, Elsa. Aku tak bisa menahan diri saat melihatmu. Maukah kau memaafkan aku?”

Aku tersenyum pahit, masih bagus aku tak mengatakan soal ini kepada siapa pun, bukan? Aku hanya meminta jangan pernah muncul di depanku seperti ini lagi.

“Elsa, aku mohon ....” pintanya.

“Bisakah sesuatu yang telah retak di satukan kembali? Bagaimana caranya menghapus sisa retakan itu. Lukanya sudah terlalu dalam, Paman, dan aku telah kehilangan kepercayaan serta hormat kepadamu. Aku mohon, jangan pernah menemuiku lagi.” Aku berniat melangkah pergi namun tangan lelaki itu meraih lenganku, membuatku berhenti.

“Jangan menyentuhku!” kataku dengan pupil melebar sembari menghempaskan tangannya dari lenganku.

“Jangan bersikap kejam, Elsa. Bagaimanapun juga aku adalah suami dari bibimu. Aku datang baik-baik sekali lagi dan meminta maaf secara langsung, setelah kau mengabaikan pemberianku yang pertama,” ucapnya membuatku ingin berteriak kesal.

“Kenapa? Kenapa kau minta maaf setelah berusaha melakukan itu padaku!” ucapku yang mulai tak bisa menahan emosi lagi.

“Karena ... karena aku tidak ingin kehilangan istriku, Elsa. Aku tidak bisa berpisah dengan bibimu,” ucapnya terbata.

Aku menautkan kening, menatap lelaki yang kini terlihat putus asa itu, “Apa maksudmu? Apa hubungannya dengan bibi?”

Lihat selengkapnya