“Tak bisakah kau berhenti menyakiti hatiku, Darma? Kenapa kau bawa perempuan itu pulang?”
Darma membuka matanya saat suara Hera membuatnya terbangun. Lelaki itu mengerjap, mencoba duduk dengan matanya yang kabur.
“Kepalaku sakit, Hera,” kata Darma memegangi kepalanya itu.
“Kau terlalu banyak minum sampai tidak bisa pulang sendiri, kan?” kata Hera yang mengulurkan segelas air madu untuk suaminya.
“Apa maksudmu? Memangnya aku pulang dengan siapa?”
Hera tersenyum tipis, mengambil kembali gelas kosong itu dari tangan Darma. “Kau tidak ingat? Perempuan itu yang membawamu pulang. Dia bahkan meninggalkan noda lipstik di kemejamu, Darma. Dan, kau tahu kalau Elsa melihat semua itu.”
Darma melebarkan matanya, terkejut dengan penjelasan istrinya. “Apa? Elsa melihatnya?”
Hera mengangguk, “Elsa sudah tahu bagaimana kelakuan ayahnya di luar sana. Beberapa kali dia bertanya padaku, apakah ayahnya memiliki perempuan lain? Aku dengan sengaja menutupi itu karena tak ingin membuatnya terluka, tapi semalam dia melihat perempuan itu dan berbicara dengannya,” ucap Hera yang kini menatap Darma dengan perasaan kesal.
“Sial! Memangnya apa yang dia katakan kepada putriku? Aku tidak memintanya membawaku pulang.”
“Barangkali perempuan itu menjelaskan bagaimana hubungan kalian. Aku mendengarnya saat membawamu masuk ke kamar ini. Darma, apa yang akan kau katakan kepada Elsa?”
Darma menyeringai, tangannya terlihat menyentuh dadanya yang terasa nyeri. Lelaki itu menyandarkan tubuhnya di dinding, berusaha untuk menarik napas.
“Darma, kau sakit?” tanya Hera yang tiba-tiba mencemaskan suaminya itu.
“Aku tidak tahu, Hera. Dadaku terasa nyeri.”
“Mungkin kau minum terlalu banyak, tidak bisakah kau berhenti, Darma?”
Lelaki itu tidak menjawab, namun wajahnya terlihat sedang menahan sakit. Darma mengulurkan tangannya kepada Hera, berusaha untuk meraih wanita itu.
“Hera, tolong aku.”
“Bagaimana ini? Apa yang harus kulakukan?” Hera bertanya panik, ia lantas ke luar rumah dan mencari siapa saja yang bisa menolongnya. Wanita itu beruntung, seorang laki – laki yang sedang menikmati kopinya di teras rumah bersedia untuk menolong Darma.
“Kita harus membawanya ke rumah sakit,” tutur lelaki itu yang lantas membawa Darma masuk ke dalam mobilnya.
...
“Suami Ibu terkena serangan jantung. Berdasar hasil pemeriksaan, jantungnya mengalami pembengkakan. Setidaknya suami Ibu harus rajin ke dokter sebulan sekali untuk menebus obat juga cek rutin.”
Ibu menghela napas panjang mendengar penjelasan dokter itu, sesuatu yang membuat tubuhnya lemas seketika. Ia menoleh ke arah Darma yang berbaring tak jauh darinya. Lelaki itu terlihat lebih baik karena obat yang diberikan padanya tadi.