KELAM

Dewi
Chapter #34

Bab 34 ternyata dia juga selingkuh!

Wanita yang kusebut bibi itu menyeka matanya berulang kali. Wajahnya memerah karena terus menangis tanpa bisa dihentikan. Sementara aku dan ibu memilih diam dan menunggu. Sejujurnya, kami terkejut dengan kedatangan bibi malam ini. Tak biasanya ia datang dengan keadaannya yang seperti itu. Ia bahkan meninggalkan si bungsu bersama anak pertamanya di rumah mereka.

“Apakah sesuatu telah terjadi?” Akhirnya ibu membuka suara, saat bibi telah meneguk teh hangatnya untuk menenangkan diri.

Bibi menatapku dan ibu bergantian dengan mata sembabnya, tangannya menggenggam beberapa lembar foto yang sempat diremasnya.

“Aku tidak tahu harus memulai dari mana. Aku malu mengatakan ini padamu, Kak, tapi aku tak memiliki tempat untuk mengadu selain kau,” ucap bibi di dalam tangisnya. Bibi menyerahkan foto itu ke tangan ibu, meminta agar ibu juga melihatnya.

Ibu terkejut bukan main saat melihat foto itu, sementara aku hanya mengulaskan senyum pahit. Aku tidak begitu terkejut melihatnya, karena lelaki di dalam foto itu pernah mencoba untuk menodai kesucianku dulu.

“Suamimu telah berselingkuh?” tanya ibu yang tak percaya. Selama ini ia mengira kalau adik iparnya itu hidup di dalam kebahagiaan, ia menikah dengan lelaki yang dianggap cukup mapan dan bertanggung jawab.

“Seseorang mengirim itu padaku. Dan kemarin aku bertemu dengan wanitanya,” jawab bibi terisak.

“Kau sudah bertemu dengannya? Lantas, apa katanya? Apakah dia memang menjalin hubungan dengan suamimu atau sekedar bersenang-senang?”

Bibi menatap ibu sayu, mungkin ini adalah karma yang harus diterimanya karena kerap merendahkan ibu dulu. “Wanita itu memiliki hubungan khusus dengan suamiku, mereka telah berhubungan sejak si bungsu masih berada di dalam kandunganku, Kak. Aku sangat terpukul mendengarnya. Selama ini dia menipuku! Wanita itu bahkan melahirkan anak baginya.”

 

“Apa? Mereka bahkan memiliki anak? Apakah mereka juga menikah diam-diam?” Ibu kembali bertanya dengan pupilnya yang melebar karena cerita mengejutkan itu.

Bibi menggeleng, “Tidak. Suamiku tidak mau menikahinya. Kurasa itulah kenapa ia mengirimkan foto-foto itu dan menemuiku. Ia bahkan membawa putri mereka yang berusia 3 tahun. Wanita itu mengandung setelah si bungsu berusia 2 tahun. Dia meminta agar anaknya memiliki ayah yang sah.”

Ibu menghela napas dalam-dalam, ia kemudian menatapku yang sejak tadi hanya diam dan mendengarkan kisah menyedihkan wanita itu.

“Elsa, apakah kau juga tahu tentang ini?”

Aku menggeleng cepat, “Tidak, karena itu bukan urusanku,” sahutku yang terdengar kejam.

Bibi menatapku saat mendengar jawaban tak mengenakkan itu di telinganya, namun ia kembali menunduk dan menyeka matanya lagi.

“Aku turut prihatin dengan apa yang menimpa keluargamu itu, tapi apakah semuanya masih bisa dibicarakan baik-baik?” tanya ibu yang juga bingung, karena tidak tahu harus melakukan apa.

“Aku tidak tahu. Aku benar-benar tidak tahu. Aku merasa dibohongi dan itu sangat menyakitkan. Kau pasti tahu bagaimana rasanya, bukan? Aku tidak bisa berpisah dengannya karena anak-anak. Mereka butuh ayahnya, sementara aku tak memiliki kekuatan untuk menanggungnya seorang diri.”

“Jadi, kau berniat tetap melanjutkan pernikahan kalian meskipun dia memiliki anak dari perempuan lain?”

Bibi kembali menangis mendengar pertanyaan itu, tangannya mengepal menahan marah yang teramat sangat. Aku bisa merasakan perasaan itu, terlebih lagi ibu. Cukup lama aku menatapnya, naluriku menunjukkan rasa belas kasihan sebagai sesama perempuan.

“Haruskah aku mengalah dan membiarkan wanita itu hidup di sisi suamiku? Kak, aku tidak bisa melakukannya. Dia hanya boleh menjadi ayah bagi anak-anakku,” ujarnya.

“Tenanglah, coba berpikir dengan baik. Aku bukan tidak pernah mengalami itu, kakakmu juga melakukan hal yang sama.”

Bibi mendongak, menatap ibu lurus, “Aku tahu itu, aku pernah memberinya nasihat supaya berhenti, tapi dia tidak pernah mendengarkan aku. Tapi setidaknya, kakakku tidak pernah memiliki anak dari wanita lain, bukan?”

Lihat selengkapnya