KELANA

Lovaerina
Chapter #8

Belum Seberapa

Kelana dan Arsyanendra sama-sama terkejut ketika membuka mata dan mendapati diri mereka telah berpindah tempat. Kelana mengurai dekapan Arsyanendra dengan sebuah dorongan kuat, lalu dia mundur beberapa langkah untuk menjeda jarak. 

Sepasang mata bulat Kelana memindai ke area sekitar. Gelap menggantung di angkasa. Kelana yakin kalau sekarang sudah lebih dari pukul enam sore. Itu berarti dia melanggar peraturan nomor 12 yang tertulis dalam halaman 61 Buku Panduan Arwah.

Gawat! Aku bisa-bisa jadi arwah penasaran selamanya. Kelana menggerutu dalam hati. Dia mulai risau, teringat konsekuensi yang sempat Bellissa ungkapkan.

"Kelana? Ada apa?" Arsyanendra menangkap guratan cemas pada wajah pucat Kelana, meskipun tidak begitu kentara karena minim cahaya.

"Ka--mu sebenarnya makhluk apa?" Kelana sekarang benar-benar merasa takut, tidak tahu makhluk apa yang bisa melakukan perpindahan tempat dengan psikokinesis seperti tadi.

Arsyanendra diam seribu bahasa. Dia tidak menemukan kata yang tepat untuk menjawab pertanyaan dari Kelana tersebut. 

"Gimana caranya kamu bisa bawa aku pindah kayak gini?" Kelana kembali melontarkan pertanyaan.

Kelana bimbang, Arsyanendra pun tak kalah gamang. Sebab, Arsyanendra juga tidak tahu-menahu tentang eksistensinya saat ini. Yang dia tahu, sudah beberapa hari terakhir dirinya terkatung-katung di antah-berantah seorang diri, lari ke sana sini untuk menghindari kejaran makhluk-makhluk menyeramkan.

"Aku beneran enggak tau. Kalau aku tau bisa kayak gitu, ngapain sebelumnya kita capek-capek lari?" kilah Arsyanendra berdalih.

Tentu saja Arsyanendra tidak berbohong. Andai dia menyadari kemampuan tersebut sejak awal, mereka tidak perlu susah payah berlari menghindari gadis kecil tanpa bola mata.

"Aku enggak tau ada arwah yang bisa teleportasi. Kecuali saat keluar dari daerah perbatasan." Kelana menuturkan kalimat itu secara spontan.

Perpindahan Kelana dari dalam wilayah perbatasan menuju daerah luar bisa dikatakan teleportasi, bukan? Sebab, dia merasa berada pada dimensi yang berbeda.

"Arwah?" Kali ini giliran Arsyanendra yang bertanya keheranan. Dia merasa belum mati, bagaimana bisa disebut arwah?

Melihat wajah bingung Arsyanendra, Kelana jadi menarik kesimpulan bahwa sosok laki-laki itu berbeda dengan dirinya. Arsyanendra bisa saja bukan arwah.

"Kayaknya kita harus berpisah di sini," gagas Kelana, tidak mau menanggung risiko lebih buruk jika tiba-tiba sosok Arsyanendra berubah menyeramkan.

"Kenapa? Ada yang salah?" Arsyanendra tampak tidak setuju dengan usulan Kelana itu.

Kelana kembali menarik kakinya satu langkah ke belakang, menambah jarak dengan Arsyanendra. 

"Enggak ada. Kita masing-masing aja. Aku enggak kenal kamu. Kamu enggak kenal aku. Biar aku cari jalan sendiri ke tempat karantina. Kamu terserah deh mau ke mana aja." Kelana tidak ingin ambil pusing memikirkan bagaimana nasib Arsyanendra setelah mereka berpisah nanti.

"Kamu yakin berani menghadapi makhluk-makhluk kayak tadi sendirian?" Arsyanendra meragukan nyali Kelana, sejatinya sedang khawatir pada diri sendiri juga.

Lihat selengkapnya