Kelana Ruang Sang Merpati

Dinda
Chapter #2

Taufan Riak Luka trauma

Kini Merpati bertengger pada sebuah dahan yang rindang dan cukup aman serta masih tersinari cahaya semesta.

Merpati mulai menerawang penuh kedalaman dengan kekuatan kecerdasan yang dianugerahi oleh Tuhan kepada para murid Majelis Langit. 

Mencari berusaha mencari dari manakah sumber badai taufan yang terjadi di Hutan Rimba inj. 

Mata tajam Merpati pun memindai setiap hewan satu persatu, alangkah terkejutnya Merpati melihat kenyataaan bahwa ada akar yang kuat dan telah terikat rumit yang menjerat hati setiap hewan dewasa di hutan rimba. 

Akar akar ini saling terikat satu sama lain, terus bertumbuh dan mencederai hati sehingga nurani mereka terkapar tak sadar diri dan darah dari hati itu mengucur deras ke nalar mereka hingga membutakan pandangan dan melumpuhkan nalar yang mereka punya. 

Merpati menjadi sedih, ia sekaligus kebingungan dan tak tahu apa yang harus ia lakukan. 

Merpati pun memutuskan melanjutkan perjalanan mengusik dan mencari sumber dan ujung dari akar akar yang menjerat dengan berat di hati para hewan hewan dewasa. 

Merpati terduduk lemas dan lunglai seolah seluruh dayanya habis dan remuk begitu saja ketika ia melihat ke kilasan bait bait masa lalu dimana ternyata akar akar ini sudah bertumbuh dan diwariskan dari para pendahulu mereka, hingga sekarang akarnya begitu menguat dan seolah tak lagi bisa dibabat begitu saja karena tidak pernah ada yg tahu akar ini ujungnya ada di mana, tidak ada yg bisa mencabutnya. 

Dan lebih menyakitkannya lagi, kini rambatan dari akar akar penjerat itu, akar akarnya mulai mengancam dan menghampiri untuk menjerat hati hati dan jiwa para anak anak mereka, para generasi muda Hutan Rimba. Beberapa anak anak mereka sudah mulai sama terjeratnya beberapa masih bisa berlari sebelum akar itu menusuk jantung dan menjadi jerat jantungnya.

Merpati pun melihat bagaimana proses jiwa suci setiap hewan hewan itu awalnya menolak dengan keras dan mati matian tidak mau dijerat akar luka lama yang sudah menjerat semua hewan yang bernyawa di Hutan Rimba.

"Apa ini? Kenapa aku harus menerima ini? Apa kesalahanku sehingga harus menanggung ini? Tolongg siapapun tolong aku...."

Itulah teriakan teriakan sebelum akhirnya ujung yang lancip itu menghunus hati dan membiarkan darah mengucur deras ke seluruh jiwanya dan masuk ke nalar mereka dan membuat nalar mereka berfungsi dengan penuh kegelapam dan kesulitan menjangkau cahaya.

Lihat selengkapnya