Sisa pasir pada jam langit tinggal beberapa butir lagi. Merpati pun mengumpulkan Burung Hantu, Badak, Serigala dan Kuda bersama sama.
"Waktuku tinggal beberapa menit lagi, aku titipkan sisanya kepada kalian ya."
"Baik Merpati," jawab mereka bersamaan sembari menahan kesedihan.
Burung Hantu tak kuasa menahan diri ia pun akhirnya bersuara, "Merpati, kau murid majelis langit, Tak bisakah jiwamu tetap abadi ?"
Merpati hanya tersenyum dan berkata "Berdoa saja, semoga Tuhan sedang bermurah hati."
Selepas itupun Merpati mengepak menuju langit meninggalkan para prajurit terpilih.
...
Merpatipun terbang, mulai mencari tempat manakah yang akan menjadi saksi hembusan nafas terakhirnya.
Sembari mengepakkan sayapnya Merpati teringat sebuah pesan Sang Guru Majelis Langit yang berbunyi "Merpati, apapun kepuasan perasaanmu, apakah kamu merasa berhasil atau kurang baik menjalankan misi ini, tetaplah kembali pada muaramu di hembusan nafas terakhir. "
Awalnya merpati mengira bahwa muaranya adalah Tuhan dan penyatuan kembali pada langit yang membentang, sehingga ia hanya mengangguk saja tanpa banyak bicara pada saat itu.
Namun kini setelah beberapa kepakan sayapnua di udara dia belum juga menemukan pusara langit tempat ia bisa tidur dan menghembuskan nafas terakhir.
Di tengah kepakan letihnya itu tiba tiba sayapnya bercahaya, bertuliskan pesan dari majelis langit.
"Waktumu segera habis merpati, kembalilah pada muaramu, segera selesaikan amanah terakhirmu, beritahu dia, jangan terburu buru pulang, Tuhan ingin melihatnya bahagia."
Merpati pun begitu terkejut dan kebingungan.
"Muara??"
"Dia?"
"Aku harus menemui siapa di detik detik terakhir nafasku ini?"
"Bagaimana caraku bisa menemukannya di saat terakhir ini?"