Hari ini Ahmet kembali bekerja, waktu istirahat akan digunakannya untuk makan siang bersama Venus di rumah. Seperti biasa, Ahmet selalu masuk ke kamar untuk membuka jendela setiap pagi, dan menutupnya di sore hari. Sebelum berangkat, Ahmet menyiapkan sarapan, air minum, vitamin dan obat. Semua diletakkan pada tempat yang mudah dijangkau. Setelah memastikan keadaan rumah aman, Ahmet bersiap meninggalkan rumah.
“Will you be okay, Venus?”
“No worries, I’m a smart and strong lady.”
“Sure, and stubborn too,” jawabnya sambil melangkah keluar rumah.
Venus tertawa kecil mengakui kebenaran perkataan Ahmet.
Sepi menghampiri, menikmati sarapan sendiri tanpa teman bicara. Naima baru akan kembali dari perjalanan bisnisnya nanti malam waktu Turki. Berjalan mengelilingi ruangan di dalam rumah, melemaskan kaki dan melatih kembali indera yang lain. Pandangannya mengalami kemajuan walaupun belum signifikan, kelabu perlahan berubah menjadi kecoklatan. Ingat klise film hasil jepretan foto yang masih dalam bentuk negatif? Kurang lebih seperti itu lah penglihatan Venus. Hanya kemampuan mengukur dan mengira-ngira jarak belum pulih sama sekali. Jadi ia perlu menyapu bidang dengan tangannya, sebelum meletakkan benda. Untuk memastikan dia menaruhnya tidak terlalu ke pinggir.
Kesendirian mengundang kenangan dari masa lalu bertamu memenuhi ruang ingatan. Orang-orang yang ditinggalkan, berbagai kejadian, aroma kota kelahiran dan rasa makanan kesukaan. Dari semua yang hadir, satu yang paling Venus rindu.
“Bayi, aku kangen banget melukis. Aku paling suka saat mencampur warna di palet, rasanya puas dan bahagia kalau berhasil dapet warna yang aku mau. Tosca, warna yang paling aku suka, perpaduan cat nomer 452 dan 502.”
Angka yang selalu ingin diingatnya, maka dijadikan pin ATM, dan beberapa aplikasi di ponselnya. 452502.
“Kok bukan angka tanggal jadian kita?” pertanyaan yang pernah dilontarkan Darma.