Sepulang dari sekolah, aku segera ke rumah Paman Sabar. Dia sedang mengasah parang di bawah pohon jambu ketika aku tiba di rumahnya.
“Mau ke kebun, Paman?” tanyaku sambil turun dari sepeda.
“Mau petik cengkeh, Dra. Sekalian potong batang kuda-kuda, sudah tinggi-tinggi.”
“Dra, ikut ya?” Lalu aku mengambil sebuah buah kelapa tua di bawah pohon jambu dan duduk di atasnya di dekat Paman Sabar.
“Ke kebun bisa setiap hari sesukamu. Kamu belajar saja baik-baik biar jadi PNS dan kerja di kantor gubernur.”
Aku tertawa lalu memijit badannya sejenak. “Ada yang mau Dra tanyakan sama Paman.”
Dia berhenti mengasah parang, menatapku, memperlihatkan wajah heran, lalu mengasah parang lagi. “Lagi ada masalah apa kamu, Dra?” tanyanya dalam suara gesekan besi ke batu. “Mau tanya apa?”
Aku memperlihatkan telapak tanganku. “Mau tanya tentang ini, Paman.”