“Tadi katanya kamu mau berkelahi, Dra?” tanya Gemala tiba-tiba.
Sambil menyeberang jalan jalur labi-labi aku menceritakan kejadian di toko fotokopi. Gemala kaget begitu tahu aku dan teman masa kecilku menulis cerpen. Hanya cerpen iseng-iseng saja, namanya juga anak kecil, kataku.
“Coba nulis-nulis cerpen lagi, Dra. Sekalian nulis novel juga, Dra.”
Aku tertawa. “Nulis cerpen masih berantakan, apalagi novel.”
“Mana ada yang langsung jago, Dra.”
Lalu aku menceritakan kejadian seorang anak kecil yang terpeleset jatuh di lantai masjid kampungku yang licin karena dibasahi keringat telapak kakiku.
Gemala tertawa. “Kasihan anak kecil itu ya, Dra. Jadi korban keringatmu.”
“Nggak kebayang, La, kalau korbannya orang tua berusia lanjut. Makanya, sekarang setiap salat di mesjid aku memilih saf depan yang berkarpet. Tapi lantai mesjid raya nggak pakai karpet, La.”
“Berdiri di bawah kipas angin nanti, Dra.”
“Kalau kamu aman ya, La?”
“Aku selalu bawa kaus kaki cadangan. Waktu salat nanti ganti kaus kaki.”
“Maunya pakai kaus kaki juga, tapi di sini cowok terlihat janggal kalau pakai kaus kaki dalam salat.”
“Dra, selesai salat nanti langsung ke pohon kohler, ya?”
“Pohon kohler… pohon yang mana, La?”
“Kok, nggak tahu?”
“Di dekat mana?”
“Yang dekat gapura. Kita kan masuk lewat Gapura itu nanti. Gapura yang di jalan ke arah pertokoan di belakang pasar aceh. Di sampingnya, di halaman mesjid dekat pagarnya itu Jenderal Kohler tertembak dalam perang Aceh.”
Aku terdiam dan jadi malu sendiri. Anak SMA seusiaku buta pada sejarah tanah kelahirannya sendiri. Waktu SD aku bersama teman-teman pernah ke bioskop dibawa oleh sekolah untuk nonton film tentang sejarah. Film Janur Kuning dan film G30S PKI. Kemudian film Cut Nyak Dien. Pernah juga dibawa nonton film Saur Sepuh. Tapi, kami tidak pernah dibawa berkunjung ke museum dan tempat-tempat bersejarah di sekitar kota Banda Aceh.
“Tahu dari mana, La?” tanyaku kemudian.
“Tahu apanya?”
“Jenderal Kohler. ”
“Dari... mana, ya. Dari buku, tapi lupa baca di buku apa.”
“Banyak buku di rumahmu, La?”
“Buku Bapak yang banyak. Ada buku yang sangat kusukai tentang Aceh, ditulis oleh HC Zentgraaff. Sudah pernah baca, Dra?”
“Belum, boleh kupinjam, La?”