KELESAH

Yunita R Saragi
Chapter #6

-3,5-

Perutku terasa nyaman saat aku meringkuk. Rasanya sudah lama sekali aku meringkuk. Tadi aku coba bergerak, tetapi perutku jadi sakit. Sekarang aku takut bergerak barang sedikit pun.

Sambil berdiam diri, ingatanku berlarian entah ke mana. Terakhir kali aku makan jam tujuh pagi kemarin. Iya, kemarin kalau tidak salah. Di rumah, aku sarapan. Di rumahku sendiri, bukan di rumah Frank yang kami tinggali bersama setelah menikah. Kenapa, ya? Kenapa aku bisa berada di rumahku dan sarapan? Aku ingat, pagi kemarin aku menggoreng telur dadar. Telur itu dimakan pakai nasi, kecap, dan kerupuk.

           Tiba-tiba saja aroma telur dadar mendatangi hidungku. Siapa yang menggoreng telur? Apakah pondok ini punya tetangga? Mungkin saja, ada tetangga baru. Memangnya hanya kami yang boleh punya properti di sini? Bagaimana kalau aku coba periksa keluar? Frank pasti tidak marah kalau hanya keluar beberapa langkah. Aku akan minta sedikit telur dadarnya. Pasti dia juga punya nasi dan kecap. Orang Indonesia mana yang di rumahnya tidak ada nasi dan kecap?

Sssh, tapi, kalau bergerak perutku sakit sekali. Sudah, ah. Kenapa jadi manja, If? Paling sakitnya hanya sebentar. Jika aromanya sekuat ini, aku yakin posisi orang yang menggoreng telurnya tak jauh dari sini. Oke, aku coba tahan rasa sakitnya.

           “Auch!” Meski perutku rasanya seperti dilindas truk, tapi aku mencoba bangkit. “Duh, duh, duh.” Aku sudah berdiri sekarang dan menemukan bahwa jika posisinya tetap membungkuk terasa lebih enak.

Lihat selengkapnya