“LUNAAA!” Suara itu nyaris menyamai kerasnya bunyi bel masuk sekolah. Siapa lagi yang punya suara maha cempreng selain Kinan. Luna hampir terlonjak dari kursi, ia sedang khusyuk membaca ‘To Kill a Mockingbird’ dan mendengarkan musik dengan headset di perpustakaan.
“Ehm, maaf Bu! Maaf, maaf.” Wajah Luna memerah ketika seisi perpustakaan memelototinya, terutama Mrs. Ariel, petugas perpustakaan yang terkenal super galak.
“Keluar!” perintah Mrs. Ariel. Luna cepat-cepat membereskan barang-barangnya lalu kabur keluar perpustakaan.
“Gila lo ya? Hah! Hah! Hah!” Luna kehabisan napas setelah berlari dari perpusatkaan ke ruang siaran klub Radio Sekolah (RaSek), tempat suara itu berasal. Kehadirannya disambut dengan tatapan galak dari si empunya suara.
“Jam berapa iniiihh?” Kinan mengetuk-ketukkan pergelangan tangan kirinya meski tidak ada arloji yang melingkar di sana.
“Parah lo mah, udah dua jam kita nungguin,” timpal Marsya tanpa mengalihkan pandangan dari nail filer-nya.
“Ke mana aja sih lo, Na? Kan, kita ada rapat jam satu tadi.” Bibir Kinan mulai maju dua senti.
“Perpus lah, mana lagi! ... Aduh!” cover CD melayang dan mengenai kepala Marsya.
“Bilang dari tadi kek Sya, kalo lo tahu Luna di perpus! Kan gue gak usah capek-capek teriak pake toaaa!” sungut Kinan.