KELINDAN

Hilda KiandraAesha
Chapter #6

LIMA

Terjadi kegemparan saat jam istirahat di lantai dua. Tiba-tiba saja kelas Luna disesaki oleh hampir seluruh siswa kelas XI, terutama siswa perempuan. Luna sendiri sudah lebih dulu ngacir ke luar kelas sesaat setelah bel istirahat berbunyi. Ia tak tahan dekat-dekat dengan anak baru itu.

"Heboh banget kelas lo. Pada norak, deh!" Kinan mengintip keramaian di kelas Luna dari balik jendela kantin, lalu kembali asik menikmati bakso rudalnya.

"Gatau tuh!" Luna berusaha terlihat tenang dan fokus pada es teler di hadapannya.

“Marsya mana? WA gih, abis ini gue mau ke sekre bentar, ambil formulir. Kita jadi daftar BF, kan, tahun ini?” tanya Kinan untuk memastikan bahwa mereka akan pergi ke sekretariat OSIS.

“Eumm.” Luna tidak menjawab tapi ia mengaduk-aduk es telernya dengan kecepatan seperti seorang penyihir mengaduk ramuan cepat menguap dan hampir membuat es telernya muncrat ke mana-mana.

“Hei, kalo gak mau diminum, kasih gue aja, jangan dimainin!” Kinan merebut sendok dari tangan Luna dan melihat ada pusaran air pada mangkuk es teler Luna. “Bikin tornado lo? Apa membelah laut merah?” Kinan terkekeh, ”Si Marsya ke mana lagi nih? Tar keburu bel masuk!” Kinan mulai tak sabar menanti Marsya yang dari tadi belum terlihat juga batang hidungnya.

BF akronim dari Botanica Filia, klub paling elit di SMA Cahaya Bangsa. Satu-satunya klub yang dibolehkan untuk menyeleksi anggotanya. Aneh memang, karena klub-klub lain tidak ada seleksi anggota. Setiap siswa boleh masuk klub mana pun yang mereka minati, sebanyak apapun. Dengan syarat, harus bisa membagi waktu dengan baik, bertanggung jawab, dan patuh pada aturan klub. 

Sepertinya keistimewaan itu diberikan karena klub BF bertanggung jawab penuh pada area rooftop. Area paling sakral sekaligus paling cantik di SMA Cahaya Bangsa. Bagi siswa biasa mungkin hanya bisa sesekali berkunjung ke rooftop ketika menggunakan lab sains dan greenhouse, atau berkaitan dengan hal-hal akademis lainnya. Di rooftop memang ada kantin umum, tapi seperti ada peraturan tidak tertulis yang menyatakan bahwa kantin itu sepenuhnya berada di bawah kekuasan klub BF dan siswa kelas XII. 

Jadi tidak sembarangan siswa kelas X dan XI bisa menikmati snack, sarapan atau makan siang di sana atau pun sekadar membaca buku di taman ala Jepang. Sesuatu yang sering dibayangkan Luna tapi ia sendiri merasa ngeri jika harus mengikuti proses seleksi klub BF yang terkenal ketat dan kadang absurd. Di sisi lain, Luna merasa tidak enak pada Kinan, karena menjadi anggota BF adalah hal pertama yang Kinan katakan dan minta padanya ketika pertama kali mereka bertemu dulu.

“Lunaa! Ya ampun!” Marsya datang tergopoh-gopoh dan merangsek diantara Luna dan Kinan. Ia yang biasanya tenang, terlihat sangat bersemangat kali ini.

“Baru diomongin, udah nongol. Lo jin ya, Sya!” Kinan mengikik dan hampir tersedak leci di dalam tehnya.

Lihat selengkapnya