"Aku terlelap hingga ingatanku padamu hilang senyap. Berharap kaudekap ketika kubangun, penghilang rindu nan kan kutuntun."
-JAI
Pagi memanggil Kelly untuk bermandikan cahaya manjanya. Berbekaslah sinar mentari tatkala menerpa tubuh mungil Kelly. Hangat dan terang terasa saat ia melempar senyum pada bunga-bunga sepanjang jalan. Hati yang membeku seakan mencair oleh alunan nyanyian pagi, merdu menenangkan hati yang sepi.
Seperti biasa, Kelly memarkirkan sepedanya di parkiran sepeda. Sepeda milik Kelly terlalu mencolok dari sepeda yang lain, terlihat lebih feminim. Tidak ia pedulikan orang-orang yang menatap Kelly saat menaiki sepeda kesayangannya itu.
Tas ranselnya terasa berat karena berisikan buku-buku yang wajib dibawa hari ini. Ia bersusah payah menyandangkan hingga ke dalam kelas. Perlahan ia mulai merasakan jika bahunya terasa ingin copot semenjak dari sepeda tadi. Suasana bising mulai terdengar tatkala ia menduduki kursinya.
"Kelly!!!" panggil seseorang dari belakangnya.
"Apa? Pagi-pagi sudah bising saja," jawab Kelly sambil memangku wajah menggunakan tangan. Ia tak menoleh. Matanya fokus memandang ke luar kelas.
"Pagi itu harus semangat," katanya lagi.
Kelly merasakan sentuhan jemari pada bahunya. Kelly menoleh ke belakang dan mendapati pria bermata sipit tengah menatap sambil tersenyum pada dirinya. Dua lesung pipi tergali di masing-masing pipi pria sipit itu. Kelly terbungkam tak percaya. Ternyata itu adalah pria aneh berkamera yang selalu ada di tribun sepak bola.
"Lah, kok ada kamu?" tanya Kelly pada Felix. "Jangan sentuh-sentuh aku!" Kelly menyapu pundaknya yang disentuh oleh Felix tadi.
Pria sipit itu tertawa saat menyadari betapa sensitifnya wanita yang ada di hadapannya. Ia tak bisa lepas dari beningnya mata Kelly tatkala tatapan mereka beradu. Bulu matanya melentik sempurna saat ia mengerjap. Alisnya tebal hampir menyatu satu sama lain. "Sudah kubilang kalau kita sekelas."
Kelly mulai merasa risih dengan kehadiran Felix di belakangnya. Ia tak merespon dan membiarkan Felix mengoceh sendiri dengan semua omongannya.
"Jadi, kalian udah saling kenal?" tanya Ghea pada Kelly
"Benar, kami udah saling kenal," jawab Felix dengan cepat.
Kelly mendesah dengan jawaban Felix. Pria itu benar-benar menjengkelkan. "Ghea itu menanyaiku. Bukannya kamu."
Felix tak bisa menahan tawanya. Lepas, walaupun terdengar kecil. "Kamu sepertinya menghindariku. Hahaha ...."
"Nah, kamu sadar," balas Kelly sembari memalingkan pandangannya ke papan tulis.