Kelly Vannesa

JAI
Chapter #9

Delapan

Apa yang terjadi pada hati jika telah lama tertatih oleh rindu? Tanpa penawar yang bisa memulihkan rasa dinginnya. Kadang rintihan itu tak dapat terdengar, hanya bisa dirasakan oleh kepekaan perasaan. Suaranya kecil─tapi bermakna besar─memanggil sebuah nama yang sudah pernah terukir sebelumnya.

Adakah yang bisa memijak ujungnya? Menyentuh betapa indahnya tepian rindu. Seakan ada air yang mengalir dengan derasnya dibawah guguran bunga Bougenville. Warna ungu bercampur dengan jernihnya butiran air, memantulkan cahaya mentari yang terpancarkan.

Kelly tak merasakan jika rindunya benar-benar telah bebas dari belenggu. Ia tak bisa merasakan jika ia sudah di tepian rindu itu meski orang yang ia tunggu telah datang kembali. Ada sesuatu yang tak terpuaskan. Nathan bukanlah anak kecil yang dulu bersamanya. Kini ia tumbuh dewasa dan berhak memutuskan ingin bersama siapa.

Tangan Kelly memainkan boneka beruang Alena. Wangi boneka itu sama dengan wangi parfum pemiliknya. Alena memang selalu menyemprotkan parfumnya ke boneka itu agar selalu memiliki wangi yang sama dengan tubuhnya.

Matanya murung menatap mata cokelat boneka beruang. Bayang-bayang wajahnya terpantul di tatapan boneka beruang di hadapannya. Besarnya hampir sama dengan tubuh Kelly. Hanya saja boneka itu lebih lebar daripada tubuhnya. Ia masih bersyukur bahwa ia tak segendut boneka beruang.

Alena sudah menyadari ketidakberesan dari sahabatnya itu. Tidak punya pacar malah galau, itulah yang dipikirkan Alena terhadap Kelly. Tangannya sesekali menekan tuts piano di kamarnya. Melodi yang lambat cocok untuk suasana hati Kelly saat ini.

"Kamu itu tidak punya pacar saja galau, apalagi kalau punya pacar," protes Alena sambil melihat jemarinya menari di atas tuts piano.

Lihat selengkapnya