Cahaya lampu menerangi kanvas lukis di hadapan Nathan. Jemarinya mengelus permukaan kanvas yang sedikit kasar. Tidak ada imajinasi yang terpikirikan oleh otak kreatifnya. Terbesit kenangan-kenangan indah yang pernah menyelam dalam kanvas putih itu. Coretan tak beraturan itu kembali terngiang dalam pikirannya. Wajah Kelly yang riang memegang krayon di saat awal mereka belajar menggambar bersama.
Rasanya ia sendiri yang menjadi penunggu ruang seni sekolah. Jarang anak kesenian yang lain ke sini sewaktu jam-jam biasa. Mereka hanya mengunjunginya sewaktu ada acara-acara seni untuk berlatih.
Ruangan ini cukup luas. Bisa untuk menampung seluruh cabang seni di sekolah untuk berlatih. Di dalamnya masih ada ruangan-ruangan yang diisi dengan alat-alat band, drumband, orkestra, musik tradisional, dan alat lukis yang acap kali Nathan gunakan. Sedangkan di tengah-tengah, terdapat area untuk para penari berlatih.
Tangannya melepas kuas lukis yang digenggam. Telapak tangannya sedikit berkeringat karena ia menggenggamnya dalam waktu yang lama. Rasanya bosan Nathan menuntunnya untuk keluar.
"Tidak jadi melukis?" tanya seorang wanita saat Nathan berbalik. Wajahnya manis dengan dengan dagu yang lancip. Bibirnya selalu tipis saat tersenyum. Tidak lupa pula rambut sebahu yang selalu ia ikat agar tak tergerai ke segala arah. Kadang wanita yang mengikat rambut dapat membuat penampilanya semakin menarik. Banyak pria yang menyukai hal itu.
"Ternyata kamu, Natasya. Mengagetkan saja," balas Nathan. Ia mendekat kepada Natasya yang bertegak pinggang di sana.
"Harusnya kamu senang karena setiap hari didatangi oleh wanita secantik diriku," kata Natasya sambil menempelkan badannya ke Nathan. Tubuh Nathan terasa empuk oleh otot-otot yang kokoh. Natasya berlari ke tengah area menari. Langkahnya panjang saat berusaha melompat. Nathan memperhatikan tingkah Natasya yang menirukan seorang penari balet melalui cermin raksasa di dinding.
"Kamu cocoknya jadi penari tradisional saja. Tarian melayu cocok untukmu," puji Nathan dengan dahi mengernyit.
"Aku lebih suka tarian jawa. Lebih anggun, kurasa."
Natasya menirukan gerakan yang biasa dilakukan pada tarian khas jawa. Tangannya melentik bergerak memutar. Pinggulnya bergerak sekaligus melekuk dalam sudut yang sempurna. Ia melangkah ke depan menyontohkan tariannya pada Natha. Matanya menatap Nathan dan berharap pria itu memberi komentar secepatnya.