"Ia berusaha menebak seberapa jauh labirin hati. Namun ia terlanjur memasukinya dan tersesat di tengah teka-teki yang menyelimuti"
-JAI
Kilas cahaya senja meniti di dedaunan pohon. Tembus melalui celah-celah kecil ada di setiap dedaunannya. Mata Kelly silau tatkala cahaya itu tepat mengenainya, memudarkan pandangannnya ke langit senja yang menggantung. Warna jingga mulai berusaha untuk mendominasi langit untuk menggantikan cahaya mentari terik sepeninggalan cuaca tengah hari. Senja sedikit redup, bermanjakan diri dengan harmoninya.
Senja yang indah kini mengeluarkan wewangian khasnya. Wangi senja yang hanya penikmatnya saja yang dapat merasakan. Pembagian dari harmoni perasaan yang mendalam. Butuh penghayatan yang lebih jika ingin ikut merasakannya.
Kelly menghela nafas. Segurat senyum ia dapati tatkala menatap langit. Tangannya menadah berharap ada dedaunan yang jatuh tepat di telapak tangannya. Ia mengingat sesuatu, janji kecil yang sempat terucap tatkala semuanya baik-baik saja. Janji untuk memanggil dan meneriaki nama seorang bocah tepat pada pukul empat.
Kenapa senja selalu indah seperti ini? Tuhan memiliki alasan sendiri menciptakan senja yang selalu syarat akan makna keindahan. Namun sayang, senja terlalu singkat untuk dinikmati. Bahkan tak cukup segelas kopi dan aromanya yang memikat untuk memenuhi hasrat dalam satu senja. Tuhan menciptakan senja untuk setiap orang yang butuh jeda, melewati kesibukan hari yang acap kali membuat kita lupa diri.
Kelly merenung. Ia butuh kesendirian untuk memikirkan semua beban pikirannya. Setiap orang butuh kesendirian, bukan? Termasuk dirinya. Biarlah hanya cahaya senja yang menerangi sekaligus menemaninya.
Ia menangkap Nathan dalam penglihatan. Nathan tampak berjalan sendiri tanpa ditemani oleh wanita yang selalu mengekornya. Kelly tak tahu masa lalu apa yang mempertemukan mereka. Yang ia tahu hanyalah perhatian Nathan yang lebih kepada wanita itu.
Apakah benar aku cemburu? Sejak kapan aku jatuh cin─
Arghh!!!
Dirinya menyadari kedatangan seseorang. Ia menoleh. Sangat mudah ditebak. Jika bukan Alena yang datang, berarti pria sipit itu.
"Kamu lagi, kamu lagi, Felix," kata Kelly saat kedatangan pria itu.
Felix tertawa. Ia hanya bermaksud menemani Kelly di sini. Respon Kelly sudah ditebak Felix lebih dulu. Sudah berkali-kali Kelly seperti itu saat kedatangan Felix yang tiba-tiba.