Kelly Vannesa

JAI
Chapter #14

Tiga Belas

Pekatnya malam lengkap dengan bintang-bintang yang tersenyum di bawah naungan sinar rembulan. Samar-samar lampu sorot dari pameran seni di Lapangan MTQ Kota Pekanbaru berjejak di awan yang gelap. Dingin sedikit mencekam, sepeninggalan hujan yang mengguyur sepanjang siang. Kemeja tipis yang Kelly hanya sedikit memberikan kehangatan baginya.

Suara pintu mobil terdengar, pertanda Felix selesai memarkirkan mobilnya. Pria sipit itu berjalan menuju Kelly yang tengah berlipat tangan karena kedinginan. Tampak ia mengalungkan kamera yang sedang ia bawa. Felix memang tak bisa lepas dari kamera kesayangannya. Apalagi di saat yang seperti ini.

Suara jepretan pertama kamera milik Felix terdengar. Cahaya flash terlihat membekas di sekitar. Kelly yang tak sadar langsung menoleh kepadanya. Dirinya menunjuk Felix dengan ujung telunjuk. "Aku bakal jadi model kamu malam ini. Kamu boleh fotoin aku sepuasnya. Tapi, yang bagus."

Felix tersenyum simpul tatkala melihat telunjuk itu mengarah padanya. Sesuatu ia dapati dari ketidakberesan yang terjadi dengan Kelly. Tangan wanita itu melipat tak biasa. Bibirnya merapat menahan sesuatu. "Kamu kedinginan? Aku bawa sweater di dalam," ucap Felix.

"No, Thanks. Aku baik saja, kok," jawab Kelly sambil membuang wajah

Mereka berjalan menembus kerumunan manusia yang antusias dengan berbagai pameran seni yang ada. Berbagai macam seni dipamerkan dan ditampilkan. Mulai dari lukisan, fotografi, musik, kesenian tradisional lokal, dan bahkan komunitas stand up comedy setempat ikut meramaikan festival seni terbesar di Pekanbaru.

Musik Melayu mulai terdengar di saat Kelly dan Felix memasuki salah satu tenda raksasa yang dijadikan tempat berbagai stand komunitas seni berkumpul. Terdengar mendayu-dayu bagai menyambut kedatangan para bangsawan. Tepat di awal-awal mereka melangkah─berisikan stand kesenian melayu─warna kuning mendominasi warna yang ada. Warna kuning memang menjadi lambang dari budaya Melayu.

Langkah mereka sejajar, bahkan hampir bersentuhan tatkala tangan mereka ikut diayunkan. Rasa gugup dan kaku tak menjadi halangan mereka untuk saling berdekatan. Sesekali Kelly melirik kepada Felix yang sedang berkutat dengan kameranya. Sebelah matanya memicing untuk mendapatkan gambar yang sempurna

"Kell, coba kamu pakai topi itu," pinta Felix sambil menunjuk topi handmade yang terbuat dari daun pandan kering.

"Oke, aku belum coba apa-apa di sini."

Lihat selengkapnya