Kelly Vannesa

JAI
Chapter #17

Enam Belas

Wangi kopi Aceh sisa minggu lalu tercium tatkala Nathan membukanya dalam toples. Beraroma kuat, berbeda dengan kopi-kopi yang dijual di pasaran. Air di kompor telah menggelegak. Ia menuangkan ke dua cangkir berisikan bubuk kopi dengan sedikit gula. Nathan tahu cara membuat kopi yang nikmat. Ia sengaja mempertahankan kepekatan kopi agar rasa aslinya semakin terasa menggeliat di lidah penikmatnya.

Sebatang rokok akhirnya lepas dari bungkusnya tatkala jemari Kevin menariknya secara perlahan. Aroma kopi tercium seiring Nathan datang dengan membawa dua buah cangkir. Jemari Kevin menghempaskan rokok ke meja. Menurutnya itu adalah cara agar memadatkan tembakau yang ada di dalam rokok.

"Jadi, bagaimana rencana kamu pindah?" tanya Kevin. Ia menyulut rokok yang terselip di antara bibirnya. Tembakau bergemeretak karena tersulut api. Seketika asap keluar membawa aroma tembakau dan cengkeh yang menjadi ciri khas dalam setiap rokok kretek.

"Tabunganku belum cukup. Aku ingin kuliah di luar negeri dan belajar seni lukis. Namun, sebelum itu aku juga ingin pindah ke Bandung dan tinggal bersama Ibu. I really miss her. Selama ini aku tidak diperbolehkan bertemu Ibu oleh Ayah."

Kevin mengisap rokoknya perlahan lalu menariknya perlahan ke paru-paru agar menikmati cita rasa tembakau dan cengkeh yang khas. Ia sedari tadi sudah mendekatkan kotak rokok ke arah Nathan, tapi saudaranya itu tidak menyentuhnya sama sekali. "Bukakah hasil jualan lukisan kamu itu lebih dari cukup? Ditambah lagi dengan uang kiriman Ibu dan aku untuk mewujudkan impianmu," tanya Kevin lagi.

"Itu belumlah cukup. Hidup di luar negeri bukanlah murah. Lagi pula itu kan untuk jaga-jaga jika aku tidak berhasil mendapatkan beasiswa luar negeri," kata Nathan. Bibirnya tampak hitam oleh kopi yang menempel.

Tembakau Kevin menyusut hingga meninggalkan satu isapan lagi. Asap tidak seharum pada awal-awal ia menyulutnya. "Oke, sekarang aku tanya lagi. Apa kamu membenci Ayah? Dan kamu benar-benar tidak mau kembali?"

"Really? Aku benci dia. Dan aku tidak mau kembali ke neraka itu," jawab Nathan.

Lihat selengkapnya