Kelly Vannesa

JAI
Chapter #18

Tujuh Belas

Andai saja setiap pertemuan tak bermuara ke sebuah perpisahan, tentu saja tak satu pun yang mengenal kata kesepian. Terbuang jauh oleh pertemuan tak berujung. Terpisah oleh kata bahagia dan cinta. Namun, tetap saja itu hanyalah ekspetasi para pemuja cinta di kehidupan ini.

Realita kadang tak sesuai dengan apa yang diharapkan. Di saat orang-orang membuang jauh-jauh kata perpisahan, di situlah realita tak bisa bekerja sama sehingga mengundang kata terlarang itu datang. Ia merapuh jiwa nan lemah, menginjak kerendahan hati, dan melukis tangis di ujung malam.

Apa benar perpisahan begitu pahit dan pelik bagi orang-orang yang mengalaminya? Setidaknya itulah yang dirasakan Kelly selama ini. Perpisahan yang tak ingin ia rasakan, akhirnya datang menimpa pada pertemanannya dengan Nathan. Satu hal yang ia percaya, setiap hal di dunia ini memiliki akhir, terutama perpisahan itu sendiri. Benar saja, perpisahan itu akhirnya menemukan ujung. Nathan datang dengan senyuman di wajahnya. Namun, tidak dengan dirinya.

Kemarin, Kelly tak menyangka jika saudara laki-laki Nathan datang ke rumahnya untuk meminta menemani Nathan untuk berkunjung ke sebuah rumah sakit di Kota Bukit Tinggi, Sumatera Barat. Om Fadly─panggilan ayah Nathan─dirawat karena infeksi pencernaan yang sedang melandanya.

Tentu saja itu membuatnya terkejut, apalagi hanya berdua saja dengan Nathan. Kelly sempat memprotes, tetapi Kevin selalu saja menyinggung mengenai masa lalu mereka yang tak mengenal kata enggan untuk selalu bersama. Kevin juga membanggakan diri karena sering mengasuh mereka berdua sewaktu kecil. Hal yang membuat dirinya mengiyakan permintaan Kevin tersebut.

Bunyi pantulan bola basket berbunyi tatkala dua lelaki itu tengah berduel dalam permainan basket mereka. Sepatu berdecit seiring pergerakan langkah yang bergesek. Peluh membasahi rambut masing-masing dari mereka. Tak bisa hindari lagi, para murid perempuan berkumpul menyaksikan duel basket tersebut. Keren, tinggi, tampan, itulah yang ada di pikiran mereka.

Alena datang dengan menyimpul senyum tatkala melihat Nathan dan Felix tengah berduel dengan bola basket di tangan mereka. Tak ada beda dirinya dengan murid perempuan yang lain, ia terkesima melihat ketampanan dua lelaki di sana.

"Aduh, andai saja dua pria itu milikku." Alena menatap Kelly yang sedang memasang wajah datar saat memerhatikan permainan basket Nathan dan Felix. Ekspresinya seketika berubah tatkala melihat wajah datar Kelly. "Just kidding"

"Bukannya kamu sebal dengan Felix?" tanya Kelly dengan tertawa kecil. Senyum Alena padam oleh kalimatnya.

"Terkadang. Aku sudah bilang, just kidding." Ia menekan dua kata terakhirnya.

Lihat selengkapnya