Sudah cukup Nathan mengacaukan pikirannya akhir-akhir. Namun, ia masih dipusingkan semua hal yang akan ia bawa selama berpergian selama dua hari ini. Tetap saja hal yang ia pusingkan masih berhubungan dengan pria itu. Mereka akan pergi pagi ini dan akan kembali lagi di hari minggu.
"Parfum mana? Lipstick mana? Eye shadow mana?" tanya Kelly berkali-kali pada dirinya sendiri. Meja hias yang berantakan memusingkan dirinya untuk mencari barang-barang miliknya.
Mama hanya melihat tingkah Kelly yang seperti orang bingung. Tangannya sibuk melipat pakaian yang akan dipakai Kelly selama dua hari ini. Sesekali ia menggeleng tatkala Kelly semakin menjadi-jadi.
"Kelly, kamu mau pergi menjenguk orang atau mau pergi kencan dengan Nathan, sih?" tanya Mama. "Malah banyak bawa peralatan make up kamu."
Hatinya lega tatkala mendapati lipstick miliknya tersembunyi di balik buku-bukunya. Ia melirik ke arah Mama sambil memasukan semua perlatan make up-nya ke tas khusus yang sudah dipersiapkan.
"Mau jenguk ayah Nathan, Ma. Tidak mungkin pergi kencan."
"Bawa yang perlu-perlu saja biar tidak repot. Kamu cuma sebentar di sana," kata Mama sambil menutup tas sandang Kelly yang berisikan pakaian.
"Iya, Ma. Ini yang perlu-perlu saja, kok."
Matanya tidak henti menoleh ke jam yang berdetak di dinding. Wakktu terasa melambat karena keseringan melihat jam. Benar, menunggu bukanlah hal yang Kelly suka. Menunggu benar-benar membuang waktu. Waktu tak ingin ditunggu, ia akan melambat tatkala orang-orang menantinya.
Musik jazz melantun merdu di earphone yang ia pasangkan ke telinga. Bunyi bass dan gitar yang khas berpadu untuk menuntun Kelly berbaring di tempat tidurnya. Matanya menatap langit-langit. Sinar mentari mulai merambat memenuhi ruangannya, mengisi untuk menggantikan gelap yang ada.