"Setidaknya kamu tahu di mana orang tua kandungmu," kata Felix sewaktu senja di rumah pohonnya, tepat sebelum mamanya tiba membawakan makanan.
Kelly tidak sempat menanyakan maksud perkataan Felix tersebut. Tidak mungkin Kelly membahas itu tepat di hadapan mamanya. Kelly hanya bisa menarik kembali pertanyaan itu dan menyimpannya hingga sampai pada waktu yang tepat untuk membahasnya kembali.
Vintage style yang melekat pada tubuhya terlihat cocok. Pakaian simple ala wanita cantik tempo dulu membalut indah pada tubuh kecilnya. Baju biru berkerah putih ditambah dengan bawahan rok selutut menjadi pilihannya untuk pergi ke pesta ulang tahun Alena. Ia berdiri di depan cermin sambil menenteng tas bertali panjang sepinggang. Terlihat cantik dan manis. Siap untuk dipertontonkan dengan semua undangan pesta ulang tahun.
Jemarinya menyemrotkan parfum ETERNITY MOMENT beberapa kali. Parfum itu memang tercium begitu wangi. Hanya butuh beberapa percikan untuk bisa menyeruak ke seluruh penjuru kamar Kelly. Ia mengambil sebuah kotak berbungkuskan kertas kado bunga-bunga. Rencananya kotak berisikan jam tangan itu akan dijadikan sebagai hadiah ulang tahun Alena. Sudah lama wanita itu mengeluh dengan jam tangannya yang sering macet tiba-tiba.
Bunyi bel rumah berbunyi. Pertanda pria sipit itu sudah datang menjemputnya. Ia menuruni tangga dan menyalami kedua orangtuanya yang sedang menonton berdua menyaksikan berita malam.
"Kelly pergi dulu, Pa, Ma," ucapnya dengan pelan. Papa dan Mama menyambut tangan Kelly yang sedang menyalaminya.
"Ajak masuk dulu, siapa namanya itu ... duh, Papa lupa," kata Papa sambil menepuk dahinya.
"Felix, Pa," jawab Kelly. "Tidak usah dulu, Pa. Kami mau cepat pergi ke rumah Alena."
"Ya, sudah. Hati-hati, ya. Sampaikan salam Papa itu pada Felix," ucap Papa. Ia menyuruh Kelly pergi untuk bisa menikmati waktu berdua dengan istrinya. Jelas saja Kelly menganggu waktu berdua mereka, walaupun hanya sesaat.
Sudah beberapa kali Felix menekan tombol bel rumah, barulah Kelly membukakan pintu untuknya. Kelly memasang senyum sempurna untuk menyambut orang yang menjemputnya itu. Setidaknya itu akan menghargai Felix yang sangat sering mengantarnya ke mana saja.
"Sudah siap, kan?" tanya Felix di depan pintu. Mata sipitnya seakan menyembunyikan bola matanya tatkala ia membalas senyum Kelly. Dua lesung pipi menyambut manja dirinya di depan pintu.
Kelly mengangguk. Ia memerhatikan detail Felix dari ujung sepatu sampai ke ujung rambut. Terlihat sempurna, walaupun sederhana. Kemeja lengan pendek dengan bawahan celana katun berwarna krim. Namun, masih ada satu yang menjanggal.
"Tumben, tidak bawa kamera?" tanya Kelly.