Langkah menuntun mereka ke sebuah ayunan putih di tepi kolam renang. Setelah mengambil minuman soda─tentu saja Kelly memilih minuman cola─mereka duduk berhadapan berdua. Rasanya lapang sekali jika ayunan besi ini hanya dinaiki oleh dua orang karena ayunan ini dapat menampung enam orang sekaligus. Besi berdecit tatkala Felix menggerakkannya dengan tangan.
Malam seakan bernyanyi melantukan harmoni-harmoni yang hanya bisa dirasakan bagi orang yang menikmati malam. Bernaungkan bintang-bintang terang yang tak akan pernah padam. Kokoh menggantung di langit menemani rembulan bersinar mematulkan cahaya mentari. Bulan tersenyum karena berbentuk sabit. Sedangkan bintang seakan memicing karena berkelap-kelip. Mata Kelly terhipnotis melihat langit yang terang itu.
Angin malam yang dingin kalah dengan kehangatan yang ia rasakan. Kehangatan sosok Felix di depannya dan ditambah dengan suasana ria di sekitar membuat dirinya bergairah. Namun, selapis angin membawa lirikan matanya kepada sosok pria di seberang kolam renang. Berdiri tegap dengan setelan tuxedo. Rambut panjangnya mengkilap tersisir menyamping. Ia terdiam melirik orang banyak dengan tatapan teduhnya itu. Sesekali ia tersenyum kepada orang yang sedang menyapanya.
Ia merasakan perih yang selama ini ia rasakan. Lelahnya menunggu dan pahitnya sebuah kenyataan cinta. Ia rela menunggu bertahun-tahun demi seorang pria yang pada akhirnya menolak dirinya. Luka lama yang mongering, menjadi basah dan bernanah. Cukup sulit untuk membuatnya sembuh kembali.
Sungguh, memalukannya dirimu, Kell, ucapnya dalam hati. Namun, ia tidak kunjung menjauhkan lirikan matanya dari Nathan di seberang sana. Pria itu memang sedap untuk dipandang. Namun, ah sudahlah. Kelly tidak ingin membahasnya.
"Sedang mencuri pandang ke Nathan?" tanya Felix tiba-tiba. Fokusnya berubah begitu saja kepada pria di hadapannya. Ia tidak bisa mengelak tengah memerhatikan Nathan sedari tadi.
"Malangnya pria itu. Baru saja pisah dengan Natasya. Dia kesepian," jawab Kelly. Ia meneguk cola di gelas yang ia pegang. Batinnya seakan merasakan aura kehampaan yang dipancarkan oleh pandangan Nathan di sana.
"Aku tahu kamu masih berharap dengannya, Kell. Kamu pasti bisa, aku mendukungmu."
Kelly tersenyum. Bahkan lebih manis dari bulan yang bergantung di langit sana. "Kamu baik sekali, Felix. Apa tidak masalah bagimu jika aku terus mengejar dirinya, sementara kamu ... tahu sendiri."