Badan Kelly dingin menggigil meski berbalutkan jas tuxedo milik Nathan. Mereka duduk di kursi panjang yang terbuat dari besi mengkilap. Lapisan cairan anti karat yang membuatnya mengkilap seperti itu. Dinginnya pun tidak beda jauh dari tangan Kelly, menjalar ke seluruh bagian besinya. Angin tidak dapat mengelak sedikit pun. Ia tetap saja mengantarkan dingin mencekam ke arah mereka.
Nathan membelai rambut Kelly yang basah. Bulir-bulir air masih menempel di rambut hitamnya, membelainya pelan-pelan hingga sampai pada ujung rambutnya. Sungguh malangnya wanita itu, mengigigil akibat air kolam bak es yang mencair. Riasannya hancur dan hanya menyisakan celak mata yang luntur. Matanya menatap ke tanah, melihat kakinya yang tengah bergerak menggesek ujung sepatunya.
"Terima kasih sudah menyelamatkanku, Nath," kata Kelly tiba-tiba.
"Iya, tidak apa-apa," jawab Nathan. "Itulah kenapa kita dahulu tidak pernah bermain di kolam renang. Kamu sama sekali tidak pandai berenang."
"Ternyata kamu masih ingat tentang masa lalu kita," balas Kelly sambil tertawa.
Langkah Felix cepat menuju ke arah Kelly dan Nathan. Diikuti bersama Alena di belakangnya. Tangannya menarik Kelly untuk beranjak dari situ. Tanpa basa-basi ia menarik tangan Kelly.
"Kell, ayo pulang. Sudah hampir tengah malam. Orangtuamu pasti mengkhawatirkanmu," ucap Felix sesaat menarik tangannya.
Nathan menahan tangan Kelly. Ia tidak suka jika Felix menarik Kelly begitu saja. "Biar aku yang mengantarkannya, Felix. Aku searah ke rumahnya. Biar aku jelaskan yang terjadi pada papa dan mama Kelly."