Matanya tak tepejam dua hari. Kantuknya terusir akibat kalimat Nathan yang terdengar. Terucapkan sebuah pengakuan cinta setelah pria itu menolak dirinya mentah-mentah. Beralasan kekasih yang telah menjadi milikya sehingga Kelly tercampakkan tak dipedulikan.
Buku-buku banyak yang belum tertata rapi, masih terbengkalai di lantai perpustakaan sekolah. Debu-debu yang menempel pada rak buku ternyata tebal merata. Butiran halus abu-abu itu memenuhi permukaan kayu coklat dan bahkan menempel pada kulit Kelly. Tangannya yang putih kini berubah menjadi keabu-abuan.
Silih berganti ia berdiri lalu jongkok kembali untuk menyusun buku-buku yang tertumpuk di lantai. Tangan kirinya tak luput dari sebuah kemoceng pengusir debu. Sesekali ia terbatuk-batuk karena debu yang berterbangan itu.
Diliriknya ke sekitar, Felix dan Alena tengah berada di area perpustakaan yang lain. Entah mengapa mereka bertiga memikul pekerjaan ini karena kepergok duduk di kantin selama jam pelajaran berlangsung. Mereka bertiga beralasan karena kebosanan mereka yang melanda di jam-jam terakhir sekolah. Ditambah lagi dengan perut keroncongan yang masih belum cukup diisi oleh bekal makan siang. Kantin menjadi pilihan yang terelakkan.
Pikirannya terbesit kembali sepenggal nama yang membuat pikirannya terkuras. Nama dengan tatapan seteduh tanah bekas jatuhnya bayang-bayang pepohonan.
"Apa kamu sudah gila, Nath?" tanya Kelly kepada buku-buku berdebu di hadapannya. Jelas saja tak ada jawaban yang menyambut. Kelly terlalu bodoh karena mengatakn hal yang sia-sia itu kepada buku Fisika kelas sebelas.
Seketika suara lelaki terdengar tepat di telinganya. "Tentu saja dia tidak gila, menurutku," Jawab Felix.
"Dasar, aku terkejut tahu!" balas Kelly sambil menepuk lengan Felix. Felix tampak terkikik melihat respon Kelly yang lucu.
"Apa kamu masih mengharapkannya? Jawab jujur, jangan kamu sembunyikan dariku," tanya Felix. Wajahnya bernada memaksa tatkala menatap Kelly.
Kelly tidak menatapnya. Ia berbalik diri alih-alih menghindari pertanyaan Felix tersebut. Langkahnya cepat menuju ke Alena.
"Kell ...." Felix menahan tangan Kelly. "Kini aku serius. Jawab pertanyaanku!"
Ia berhenti dan berbalik menatap sambil melepaskan sentuhan tangan Felix di tangannya. "Aku bingung, Felix. Ia menyatakan cinta setelah dirinya menolakku. Aku tak tahu maksud dirinya. Kebohongan dan kejujuran seperti sama saja di mataku. Ia membolak-balikkan perasaanku begitu saja dengan mudah. Damn!"
"Bagaimana jika Nathan benar-benar mencintaimu, Kell?" tanya Alena tiba-tiba.
"Hatiku menutup diri untuknya. Sudahlah aku tidak mau membahas tentangnya." Kelly meninggalkan Felix dan Alena.