Di sebuah desa kecil di Pandeglang, Banten, pada tanggal 3 Desember 1982, lahirlah seorang bayi laki-laki yang kelak akan dikenal dengan nama Amran. Kelahiran Amran tidak hanya menambah jumlah penduduk desa, tetapi juga melahirkan harapan dan impian yang besar di hati kedua orang tuanya. Mereka berharap anak mereka akan tumbuh menjadi sosok yang tidak hanya cerdas dan berbakat, tetapi juga mampu membawa kebanggaan bagi keluarga dan masyarakatnya.
Amran tumbuh di lingkungan yang sederhana. Desa Pandeglang, dengan kehidupan sehari-hari yang tenang, memberikan dasar yang kokoh bagi pembentukan karakter Amran. Ia adalah anak yang penuh rasa ingin tahu dan semangat belajar. Sejak usia dini, Amran menunjukkan minat yang besar terhadap berbagai hal. Ia tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki bakat-bakat lain yang membuatnya dikenal sebagai seorang multitalenta.
Pada masa kecilnya, Amran mengembangkan minat yang luas. Ia gemar menggambar, berolahraga, dan bahkan memainkan berbagai alat musik tradisional. Namun, di antara semua minatnya, yang paling menonjol adalah ketertarikan dan kemampuannya dalam strategi dan teknik bertempur. Bakat ini tidak datang begitu saja, itu adalah hasil dari latihan yang intens dan dedikasi yang tinggi.
Amran melanjutkan pendidikannya dengan tekun. Ia adalah siswa yang berprestasi di sekolah, namun di luar kelas, ia juga sering terlihat terlibat dalam berbagai kegiatan ekstrakurikuler, terutama yang berkaitan dengan olahraga dan seni. Ia dikenal sebagai sosok yang aktif dan bersemangat, serta selalu siap membantu teman-temannya.
Setelah lulus dari sekolah menengah, Amran melanjutkan pendidikannya di sebuah universitas di kota besar. Di sinilah ia mulai menunjukkan kemampuannya dalam bidang yang lebih spesifik. Ia memilih untuk belajar di bidang pendidikan, karena ia merasa bahwa berbagi pengetahuan dengan orang lain adalah salah satu cara terbaik untuk mengimplementasikan segala keterampilan dan pengetahuannya.