Selalu ada titik tertentu dalam hidup manusia ketika badai tidak lagi bisa dicegah, di saat itulah seseorang yang bekerja dalam bayangan harus memulai kembali aksinya.
Nama lelaki itu tidak pasti, yang jelas ia bisa dipanggil: Paman Daud.
Nama yang terdengar ramah, sederhana, seperti tokoh keluarga di kampung. Tidak ada yang menyangka bahwa di balik nama itu, tersembunyi seseorang yang menulis sejarah kelam negeri ini dengan beberapa aksinya.
Ia bukan seperti pejabat negara. Bukan seperti bagian struktur resmi. Tapi ia tetap sosok yang tidak boleh diremehkan.
Pusat koordinasi dari operasi-operasi terselubung negara selama tiga dekade.
Dan malam ini, ia kembali menjadi bayangan yang akan membuat tim dengan nama Kelompok Sagitarius.
Lampu di salah satu vila di pelosok Garut menyala redup. Namun dindingnya dipenuhi kabel serat optik yang bergerak seperti urat nadi.
Paman Daud duduk di sebuah kursi rotan, tubuhnya tegap meski usia hampir menyentuh 70 tahun.
Di depannya, layar hologram biru melayang seperti kaca air. Ia membuka perangkat kecil berbentuk prisma.
Ketika ia tekan, prisma itu menyala, memancarkan garis-garis kode yang melesat cepat. Format pesan itu hanya dipahami oleh empat orang yang sudah ia bentuk ini:
• Lukman Hadi
• Leo Marpaung
• Julia Manuputty
• Riana Lastia
Paman Daud menatap satu per satu wajah mereka melalui hologram foto.
Ia menghembuskan napas panjang.
“Kalian telah lama mati. Dan kali ini aku yang menghidupkan kalian kembali,” gumamnya.
Lalu ia menekan tombol send.
Pesan berangkat ke empat perangkat khusus yang mereka bawa, tersembunyi, terkunci, dan hanya bisa diakses jika identitas biometrik asli mereka digunakan.
Isi pesan:
“Musuh sudah keterlaluan. Misi akan dimulai. Kode: S-13.”
***
Jam pulang sekolah.
Lukman duduk di kelas yang lengang, menatap langit yang mulai jingga.