Keluarga Aurea

Heidyanne R. Kaeni
Chapter #6

Cerita Agung

Kalau dipikir-pikir, kematian itu mirip dengan peristiwa kedatangan tamu ke rumah. Kadang-kadang datangnya tidak terlalu mengejutkan. Jika sang tamu sudah membuat janji sebelumnya, lewat telepon, misalnya, biasanya tuan rumah memang sudah bersiap-siap menyambutnya. Meskipun masih ada perasaan tegang yang muncul saat betul-betul membukakan pintu untuk sang tamu, setidaknya ia tidak akan kaget.


Agung merasa, kurang lebih itulah yang dialaminya tahun lalu. Kehilangan ibu mungkin takkan pernah mudah bagi siapa pun. Namun, baginya (juga tentu bagi ayah dan adiknya), duka itu tak lagi melibatkan unsur kejutan. Sakitnya sang ibu telah disaksikannya bertahun-tahun, bahkan sejak ia masih berseragam putih-biru. Ketika akhirnya sosok perempuan paling mulia dalam kehidupannya itu benar-benar berpindah ke dimensi lain lima tahun kemudian, alih-alih syok, ia justru merasa seolah ada ketegangan besar yang tiba-tiba terlepas.


Pengalamannya itu tentu tak dapat disamakan dengan yang mendapatkan musibah secara mendadak. Tamu yang tidak membuat janji atau memberi kabar sebelumnya akan selalu membuat mata terbelalak ketika tiba-tiba saja berdiri di depan pintu rumah yang kita bukakan. Kedatangan tamu yang benar-benar di luar dugaan selalu mengejutkan. Pasti itulah yang dirasakan anak perempuan yang sedang didampinginya saat ini.


Nama Aurea sebetulnya sama sekali tidak asing di telinganya. Sejak pertama kali memiliki ingatan, ia sudah dikenalkan dengan sosok perempuan yang berumur empat tahun lebih muda darinya ini. Samar-samar ia mengingat bagaimana foto-foto Aurea bayi yang ditunjukkan dengan gembira oleh Papi setelah menyobek sebuah amplop surat yang tebal. Waktu itu, ia sendiri juga sedang menantikan kehadiran adik. Mendiang Mami yang saat itu sudah berperut agak buncit juga senang sekali memandangi foto-foto Aurea.


Menurut papi dan maminya, mama Aurea adalah sahabat mereka sejak masih berstatus mahasiswa di kampus yang sama, (yang kini menjadi tempatnya menuntut ilmu juga). Konon, mama Aurea dan maminya sendiri adalah teman seperjuangan di jurusan perkuliahan yang dahulu langka dimasuki wanita: Teknik Sipil. Menurut Mami, persahabatan mereka kemudian melebar menjadi berempat setelah sama-sama memiliki pasangan. Bukan itu saja, bisnis konstruksi Tante Dini—sebutan Agung untuk mama Aurea—yang tidak jarang meminta papinya terlibat pun turut melanggengkan hubungan pertemanan antarkeluarga mereka.


Maka, bukan hal yang aneh ketika mama dan papa Aurea menginap di rumahnya di Jakarta sejak beberapa hari yang lalu. Ini bukan pertama kalinya mereka datang berkunjung dan menempati kamar tidur tamu. Sewaktu kecil dulu, ia dan adiknya pun pernah diajak Mami dan Papi berkunjung dan menginap di rumah Aurea. Jadi, ini bukan kali pertama Agung datang ke kota Medan.


"REA! AUREA!"


Yang dipanggil tidak menoleh maupun memelankan langkahnya. Dilanda rasa cemas yang makin besar, Agung terpaksa setengah berlari mengejarnya. Sesekali ia mengangguk dan mengumbar senyum minta maaf kepada siapa pun yang tak sengaja tersenggol tubuhnya. Tinggi tubuhnya yang hampir menembus angka seratus delapan puluh sentimeter cukup memudahkannya dalam memantau perpindahan gadis yang dibuntutinya. Namun, kelebihan itu membuatnya mustahil melakukan gerakan yang sama dengan gadis langsing yang tingginya hanya setara dengan bahunya itu: menyelip ke sana ke mari dengan mudah tanpa mengusik orang lain di sekitarnya.


Bandar udara di Medan, Polonia, jauh lebih kecil daripada Soekarno-Hatta di Cengkarang, tetapi rasanya tak kalah ramai. Mengingat layanan tujuan penerbangannya yang mencapai beberapa kota besar di luar negeri, Agung tak heran mendapati orang-orang asing yang lalu-lalang di bandara ini. Mengingat keterpaksaan mereka melakukan perjalanan pada akhir pekan, tak heran pula ia melihat begitu banyak manusia berseliweran di tempat ini. Agung sama sekali tidak heran dengan situasi di sekelilingnya, tetapi sangat khawatir dengan tugas yang dipikulnya: memastikan anak perempuan yang sedang dititipkan padanya tidak hilang di tengah kerumunan orang banyak.

Lihat selengkapnya