Keluarga Darayan, Misteri Rumah Gadai

Sisca Wiryawan
Chapter #16

Bab 15 Angker


Sumber gambar: pixabay.com.


Jangan percaya hal apa pun yang kau dengar, dan percayalah setengah yang kau lihat!

-Edgar Allan Poe.

_____________________________________________

 

  “Saya heran minggu pertama kami tinggal di rumah gadai tersebut, suasananya sangat lengang. Selepas Magrib, jarang sekali warga sekitar yang melintasi depan rumah gadai, baik pejalan kaki maupun pengendara kendaraan bermotor. Baru sekarang agak ramai Bahkan, bocah-bocah cilik banyak yang berlarian setelah Magrib,” ujar Ibu. 

 

   “Rumah gadai itu memang terkenal angker. Warga sekitar heran Ibu sekeluarga berani menghuninya setelah beberapa tahun dibiarkan kosong melompong,” kata Bi Deden.

 

   “Kami tak punya pilihan selain menempati rumah gadai tersebut. Walaupun ada gangguan roh halus, kami tak memiliki uang sedikit pun untuk pindah rumah. Kecuali, over gadai. Bu Amar sudah menyetujuinya. Tapi belum ada peminat serius. Sudah ada dua peminat yang datang melihat rumah gadai tersebut, tapi tak ada kelanjutannya,” sahut Ibu.

 

   “Rumah kosong tak terawat merupakan sarang yang nyaman bagi hantu. Mungkin karena itu keluarga Ibu diganggu roh halus. Mereka terusik dengan kedatangan Ibu sekeluarga,” tegas Bi Deden.

 

   “Gangguan roh halus seperti apa?” Tanya Mang Danu.

 

   “Ada anak jin di dekat ruang mandi, kunti dan tuyul di ruang tidurku, genderuwo bermata merah di luar jendela lorong, dan qarin yang menyerupai Bapak di ruang tidur Bapak dan dapur,” jawabku. 

 

   Bi Deden bergidik. “Seram sekali. Makhluk halusnya banyak juga.”

 

   “Beberapa kali saya hampir kerasukan roh pria jika sedang sendirian di dapur,” sahut Ibu.

 

  “Mungkin Ibu melamun? Istilahnya, sedang kosong?” Tuduh Mang Alip. “Perkuat iman dan perbanyak doa, Bu.”

 

   Ibu menggelengkan kepala. Ekspresi wajahnya agak tersinggung. “Walaupun saya sedang mengalami masalah pelik, saya tak suka melamun. Saya sering wirid di dapur tersebut agar hawa negatifnya hilang. Tapi tetap saja roh pria tersebut datang mengganggu.”

 

   “Apa roh penunggu rumah? Apakah ia selalu menampakkan diri di area yang sama?” Tanya Mang Danu.

 

    “Mungkin saja. Ia memang selalu menampakkan diri di dapur tak peduli pagi, siang, atau pun malam.”

 

     “Wujudnya seperti apa?” Tanya Bi Deden.

 

    “Seringkali ia berwujud asap kecil yang keluar di depan wastafel dapur. Kemudian, asap tersebut akan melilit kaki saya. Atau, ia menampakkan diri begitu saja sebagai pria berusia setengah baya, tapi kedua kakinya tak terlihat. Setiap kali makhluk halus tersebut menampakkan diri, saya hampir kerasukan. Padahal saya tak pernah bicara sembarangan yang mengusik keberadaan makhluk halus.”

 

    Mang Alip mengerutkan kening. Sementara Mang Danu dan istrinya tampak ngeri.

 

   “Hampir setiap malam Bu Pia, tetangga sebelah rumah gadai, kerasukan kunti,” lanjut Ibu.

Lihat selengkapnya