Sumber gambar: pixabay.com.
Apalah arti sebuah nama?
-William Shakespeare.
______________________________________
“IBU! IBU! IBU!”
Suara teriakan yang lantang di depan rumah, membangunkan tidurku. Tadi malam aku meminum obat influenza yang mengandung CTM hingga tidurku sangat nyenyak. Jam dinding menunjukkan tepat pukul lima lewat 15 menit.
“Bu, itu ada Bu Ika yang biasa menawarkan gorengan. Ibu ingin membelinya?” Tanyaku setengah berteriak pada Ibu yang biasanya berada di dapur pada saat Subuh seperti ini.
Suara teriakan Bu Ika kembali terdengar. “IBU! IBU! IBU!”
“IYA, IYA, SEBENTAR, BU IKA! ADUH! IBU CUCI TANGAN DULU. PENUH BUSA SABUN,” teriak Ibuku dengan panik. Ia pun tergopoh-gopoh menuju ruang tamu yang juga merupakan ruang tidur Dika. “KUNCI PAGAR? DI MANA KUNCI PAGAR, DIKA?” Tanya Ibu sembari meraba-raba lemari buku.
Dika yang baru selesai Shalat Subuh langsung menyambar kunci pagar rumah yang tergantung di paku dinding ruang tamu dan memberikannya pada Ibu. “Ini kuncinya, Bu. Mau Ibu atau Dika yang membukakan pintu pagar rumah?”
“Biar Ibu saja agar cepat.”
Pelupuk mataku terasa berat. Aku pun kembali merebahkan diri dan memejamkan mata. Tak memedulikan keributan yang ditimbulkan langkah kaki Ibu yang setengah berlari keluar rumah. Aku mendesah ketika bunyi gemerincing kunci dan deritan pagar rumah menyayat kedua telingaku.
Terdengar suara Ibu di luar rumah. “Bu Ika, mengapa berdiri di situ terus? Masuklah kemari!”
Ibu terpana. Bu Ika hanya berdiri mematung di luar rumah, tepatnya di sudut pagar rumah yang berbatasan dengan kebun singkong Bu Pia.
“Bu Ika, di situ gelap. Kemarilah! Saya ingin memilih gorengan risol dan bala-bala,” pinta Ibu. Ia menatap Bu Ika dengan heran. “Mengapa tak membawa barang dagangan? Jadi, apa maksud Bu Ika datang ke sini?”
Bu Ika bergeming. Ia hanya memandang Ibu dengan nanar. Kemudian, ia menghilang begitu saja.
Melihat penampakan roh halus yang menyerupai Bu Ika, bulu kuduk Ibu merinding. Ia langsung menutup pintu pagar rumah. Terdengar bunyi pintu depan setengah terbanting.
“Ibu tak jadi membeli gorengan Bu Ika?” Tanya Dika heran.
“Mau beli apa? Yang datang itu hantu kok,” ujar Ibu.
Dika terbelalak. “Hantu bagaimana?”