Sumber gambar: pixabay.com.
Pikiran melihat hantu ketika takut dan putus asa.
-Toba Beta, My Ancestor Was an Ancient Astronaut.
_______________________________________
“Pak, di mana uang dua puluh ribu Rupiah-nya?” Tanya Ibu yang berdiri di depan ruang tidur.
Bapak bergeming. Bibir tipisnya berkomat-kamit tanpa suara.
Walaupun Ibu mengulangi pertanyaannya, Bapak tetap bergeming. Ia duduk merunduk di tepi tempat tidur sembari meremas-remas jari.
Ibu menghela napas dan kembali mengulang pertanyaan untuk ketiga kalinya dengan volume suara setinggi 5 oktaf. Bapak mendongakkan kepala. Kedua matanya menatap Ibu dengan nanar.
“Dasar Bapak pelit! Jika tak ada sayur, jangan salahkan Ibu!” Seru Ibu dengan gusar sembari melangkahkan kaki menuju teras.
Ibu terperangah. Ternyata Bapak sedang duduk dan membaca buku Perang Vietnam dengan Amerika Serikat.
“Ini uangnya. Kok kau malah bengong? Bukannya kau ingin belanja sayur?” Tanya Bapak sembari menyodorkan uang 20 ribu Rupiah.
“Bukannya Bapak ada di ruang tidur? Tadi aku minta uang, Bapak diam saja.”
“Sejak tadi aku di sini. Mungkin kau salah lihat atau pikun,” ujar Bapak tak peduli. Ia kembali membaca bukunya.
***
“YATI! YATI! YATI!” Seru Bapak.
“Apa sih, Pak? Teriak-teriak seperti itu. Aku sedang masak gulai rebung kesukaanmu,” ujar Ibu. Ia celingukan di depan ruang tidur. Tapi, suaminya tak tampak batang hidungnya pun.
Ibu pun bergegas ke ruang tamu. Di sana Dika sedang menuangkan air teko ke mug abu-abu yang dipegang Bapak.
“Bapak memanggilku?” Tanya Ibu.
Bapak menggelengkan kepala. “Sejak tadi aku hanya berbicara dengan Dika. Mungkin kau salah mendengar.”
Ibu mengerutkan kening. “Padahal tadi suara Bapak jelas sekali memanggilku. Mana mungkin aku salah mendengar.”
Bapak mengangkat bahu. “Tanyakan saja sendiri pada anak laki-lakimu ini! Dika, tadi kau mendengar Bapak memanggil Ibu?”