Keluarga Darayan, Misteri Rumah Gadai

Sisca Wiryawan
Chapter #30

Bab 29 Sosok Misterius


Sumber gambar: pixabay.com.


Apa yang terjadi jika dua kali kau ketakutan setengah mati?

-Steven Wright.

_____________________________________________

 

               “Ima, malam ini Ibu tidur denganmu, ya? Ibu takut jika tidur bersama jenazah Bapak di ruang tidur,” pinta Ibu dengan ekspresi ngeri.

 

               Aku menganggukkan kepala. “Tentu saja, Bu. Sejak malam ini, kita tidur berdua saja.”

 

               “Bagaimana denganku?” Tanya Dika dengan raut wajah memelas. “Aku juga ingin tidur bersama kalian.”

 

               “Sempit! Masa kita tidur bertiga?” Tolakku tegas.

 

               “Kak Ima tega sekali sih denganku? Apa kesalahanku? Apa?” Desak Dika padaku. Ia pun menoleh pada Ibu untuk mencari dukungan seperti biasanya. “Bu, bujuklah Kak Ima yang berhati sedingin es balok ini! Aku takut tidur sendirian. Qorin yang menyerupai Bapak kan suka menampakkan diri.”

 

               Ibu menatapku dan Dika dengan serba salah. “Kau tahu sendiri. Tempat tidur Ima sempit sekali. Tak akan cukup.”

 

               Hatiku bersorak riang. Sementara bahu Dika terkulai lemas.

 

               “Apa aku pergi menginap di rumah Kak Alam saja, ya?” Ancam Dika secara halus. Wajah Dika tampak begitu polos dan tak berdosa. Tapi, aku tak tertipu. Jika Dika selicik cicak, maka aku selihay kadal! Itulah superioritas seorang kakak! Priviledge!

 

               Aku pun menjitak dahi Dika yang cenong. “Kau tega meninggalkanku dan Ibu di rumah ini bersama jenazah Bapak yang gosong?”

 

               “Ish, Kak Ima! Tega sekali berkata gosong pada Bapak yang sudah meninggal dunia. Nanti Kakak dihantui Bapak baru tahu rasa,” sungut Dika sembari menyentuh dahinya yang sakit. 

 

               “Anak-anak, jangan bertengkar! Bapak baru saja meninggal dunia, kalian malah sibuk berdebat,” seru Ibu tanpa hasil. 

 

   “Paling juga malam ini kau yang dikejar Bapak. Anak kesayangan pasti dirindukan. DIIIKAAA…BAPAK KANGEN KAMU…TEMANI BAPAAAK…DIIIKAAA…”

 

               Dika terbelalak dan berbisik, “Kakak berpikir seperti itu? Bapak akan lebih berminat mengejarku?” Ia pun memeluk Ibu erat-erat hingga Ibu sulit bernapas.

 

    “Ima, jangan menakut-nakuti adikmu! Mengapa kau tak menelepon dan meminta tolong saja Alam menginap di sini untuk menemani Dika?” Tanya Ibu sembari berusaha melepaskan diri dari belenggu Dika yang membuatnya sulit menghirup oksigen. 

Lihat selengkapnya