Sebuah pagi yang baru untuk Hendra dan Suci. Mengenakan perlengkapan sekolah yang serba baru untuk menyambut semester yang baru. Hendra dengan sepatu kets dengan kaos kaki strip hitam, dipadupadankan tas ransel berwarna orange menyala, gesper bertuliskan osis yang masih bersih tanpa karat, serta seragam putih abu-abu yang dikenakannya, menambahkan kepercayaan dirinya untuk segera bertemu teman-temannya. Sedangkan Suci, dengan kebaharuannya yang hampir semua serba pink, dari pita rambut, jam tangan, tas, kaos kaki, dan sepatu yang beberapa goresannya berwarna pink, hanya seragam yang dikenakannyalah yang bewarna berbeda, yaitu putih biru, ia siap untuk menunggu pujian oleh teman barunya di kelas.
Sarapan kali ini di meja dapur tidak seperti hari-hari biasanya, hanya pisang goreng yang dimasak Ibu dengan bentuk yang seperti kipas dan dibaluri oleh tepung ditemani teh hangat yang telah di curahkan ke gelas masing-masing; Hendra, Suci, Ayah, Ibu. Hendra dan Suci tak peduli dengan sarapan yang kurang mengenyangkan, yang penting perlengkapan pada semester baru ini harus segera mereka tunjukkan ke khalayak ramai. Ibu dan Ayah diam-diam bernafas lega, karena anaknya tak mengomentari sarapan yang dibuatnya pagi ini. Sebab perlengkapan serba baru yang dipakai oleh Hendra dan Suci lumayan menguras uang tabungan sang Ayah, yang menjadikan Ibu harus meminimalisir pengeluaran bulan ini.
"Bu, Neni mau cucu..." Neni datang dari kamar Ibu dan Ayah.
Ibu kaget melihat anak bungsunya sudah bangun pagi, yang bukan merupakan hari libur. Neni menghampiri Ayahnya dengan masih mengucek mata dengan tangan kirinya. Ayah mengerti, di gendongnya Neni ke pangkuannya.