Keluarga Suci Sang Nabi Saw

Rida Fitria
Chapter #2

Mukjizat Nabi Ketika Berada Di Dalam Gua Tsur

Ali yang bertahan di dalam kota, mencermati peristiwa-peristiwa dan mengamati setiap gerakan musuh berikut keputusan-keputusan mereka yang baru. Dengan berpegangan pada data dan informasi tersebut kemudian Ali membuat kesimpulan akurat, salah satu unsur penting dari strategi jika hendak selamat dari suatu keadaan yang sangat berbahaya. Karena, apapun yang sedang terjadi di pusat kota Mekkah, akan senantiasa terkait dengan keberadaan Nabi di gua Tsur; apakah Nabi dan Abu Bakar harus tinggal ataukah sudah boleh melanjutkan perjalanan? 

Bagi Abu Bakar, situasinya benar-benar mencekam dan menyedihkan hati.[1] Tak pernah ia bayangkan akan menjadi seorang pelarian, hidup terpisah dari keluarga yang ia kasihi. Lebih dari itu, jika mereka tertangkap, maka para penyiksa tidak akan membiarkannya hidup. Manakala seluruh pemuka kafir bersatu padu hendak menghabisi Muhammad SAW, ia justru menjadi sekutu sang buronan. Resikonya sungguh berat, dan memikirkan semua itu membuat Abu Bakar sedih dan murung. Nabi SAW berkata padanya, “Janganlah kamu bersedih, sesungguhnya Allah bersama kami (para Nabi).”[2]

Pada hari keempat,[3] Rasulullah SAW meninggalka gua yang berada di puncak gunung Tsur, di pinggiran selatan kota Mekkah. Medannya sulit, berada di ketinggian tujuhratus empatpuluh tujuh meter dari permukaan laut, dengan kemiringan limapuluh derajat. Orang yang mendaki atau menuruninya harus seorang yang kuat, karena membutuhkan cukup tenaga untuk melakukannya. Gua itu sendiri berbentuk seperti perahu, dari batang gua hingga ke atasnya sangat sempit.

Lihat selengkapnya