Pada bulan Ramadhan yang agung, Rasulullah SAW menikahkan putrinya dengan Ali bin Abi Thalib.[1]
Ummu Salamah merekam peristiwa besar itu di dalam ingatannya. Ummul Mukminin merasa bahagia hanya dengan melihat kegembiraan dan suka cita di wajah Rasulullah SAW. Demikian pula yang tampak di wajah Ali. Ia tersenyum dan masih saja tersipu.
Ummu Salamah mendengar Rasulullah bertanya, “Wahai Ali, apakah engkau memiliki sesuatu untuk mas kawinnya?”
“Semoga ayah dan ibuku menjadi tebusan Anda,” Ali menjawab. “Demi Allah, Anda telah mengetahui apa yang aku miliki hanyalah sebilah pedang, baju perang dan seekor unta beban pengangkut air dan aku tidak punya apa-apa lagi selain itu.”
Rasulullah SAW berkata, “Wahai Ali, adapun pedangmu engkau memerlukannya untuk berjihad di jalan Allah dan melawan musuh-musuh Allah, untamu kamu gunakan mengangkut air untuk mengairi pohon kurmamu, mengangkut keluargamu, dan untuk membawa barang-barangmu dalam perjalanan. Aku nikahkan engkau dengan baju perang sebagai mas kawinnya dan aku merestuimu.”[2]
Seusai akad, mertua dan menantu terlibat obrolan yang menarik. “Wahai Abal Hasan, kuberitahukan kabar gembira untukmu.”
“Semoga ayah dan ibuku menjadi tebusan Anda, wahai Rasulullah SAW, beritahukanlah padaku. Sesungguhnya Anda adalah pemimpin yang mulia, memiliki rezeki yang berkah, dan manusia paling bijaksana. Allah SWT bershalawat kepada Anda.” kata Ali.