Rasulullah SAW memanggil Fatimah, yang muncul didampingi Ummu Salamah. Ketika Fatimah berhenti di hadapan ayahandanya, dia menyingkapkan cadar hingga Ali melihatnya. Nabi SAW kemudian memerintahkan putri-putri keturunan Abdul Muthallib dan para perempuan Muhajirin dan Anshar supaya mengiringi, bergembira, mendendangkan syair-syair pujian yang disukai Allah dan Rasul-Nya, bertakbir, dan bertahmid.
Di pelataran, Rasulullah menaikkan Fatimah az-Zahra ke atas unta. Sebagaimana tradisi yang berlaku saat itu ketika seorang Ayah dan keluarga besar mengantar sang putri ke rumah suaminya. Suasananya benar-benar meriah, diliputi senyuman bertaburkan cahaya kebahagiaan. Ketika semua orang telah siap, Salman al-Farisi menuntun tali kendali unta sementara di sekelilingnya tujuh puluh ribu bidadari menyertai. Nabi SAW, Hamzah, Aqil, Abbas, dan Bani Hasyim mengiringi di belakang Fatimah az-Zahra. Para istri Nabi berada di depannya mendendangkan syair-syair. Lalu kaum perempuan mengulangi bait pertama dari setiap syair dan bertakbir.
Ketika arak-arakan pengantin tiba di kediaman Ali bin Abi Thalib, pasangan mempelai melangkah bersama memasuki rumah didampingi Rasulullah SAW. Hal pertama yang dilakukan Rasulullah ketika berada di dalam rumah Ali adalah mendoakan sang mempelai.
Betapa indah pemandangan ketika Utusan Tuhan yang agung menampakkan sisi manusiawinya sebagai seorang Ayah yang penuh cinta kasih manakala secara khusus menyebut nama sang menantu di dalam doanya yang mustajab, lalu menyebut nama putri kesayangannya. Beliau mengambil tangan Fatimah dan meletakkannya pada tangan Ali seraya berkata, “Semoga Allah memberkatimu dalam hidup bersama putri Rasulullah, wahai Ali. Sebaik-baik istri adalah Fatimah. Wahai Fatimah, sebaik-baik suami adalah Ali. Wahai Ali, inilah Fatimah titipan Allah dan titipan Rasul-Nya di sisimu, jagalah.”