“Maaf, sebenarnya aku sudah lama melihatmu di halte tadi, sebelum menghampirmu,” lanjutnya.
Aku tertegun mendengar perkataannya.
“Aku baru tahu dia semenjak insiden itu. Sungguh, aku tidak tahu dia sebelumnya. Kenapa kau berpikiran kalau dia menjadi alasan dari semuanya?”
“Apa itu karena trauma?” dia bertanya lagi. Aku mengerjapkan mata tidak mengerti. “Kamu sudah kenal lama dengan Mark, Adelia ...,” dia menekankan.
“Bagaimana bisa aku mengenalnya?”
Dia menggeleng, “Aku juga tidak tahu—sewaktu aku tahu kamu dekat dengan Mark, waktu itu, kupikir status sosialnya yang lebih tinggi dari padaku yang membuat kamu memilihnya, jujur saja saat aku menyadari itu aku sempat membenci mu. Maafkan aku ... tapi aku mendapat info dari Bang Roni kalau kamu saling mengenal semenjak kecil—Aku benar-benar minta maaf karena pikiran pendek ini.”
“Hah?” Aku terkesiap. Kenapa aku tidak menyadarinya. Kalau begitu ke mana kenanganku bersama Mark selama ini—jadi apa mungkin ... aku memangku kepalaku dengan kedua tanganku. Apa mungkin kecelakaan itu ....
Aku mengingat kembali gambaran di mana Mark mengetuk jendela mobilku dari luar—aku menangis—dia menatapku dari dalam mobilnya yang tengelam—apa mungkin ini bukan kecelakaan, apa benar ini ... oh Tuhan, kepalaku sakit sekali. Apa sebelum kejadian aku menabrak pagar jembatan sungai itu, Mark sedang mengejarku? Apa yang sebenarnya terjadi sebelum kejadian itu?
Apa mungkin akulah tersangka utamanya?
Kenapa kasus ini ditutup begitu saja? Apa karena Mark orang yang kukenal semenjak kecil dan karena keluarga kami saling kenal, kasus itu begitu ditutup demi menjaga hubungan? Aku benar-benar tidak mengerti.
“Apa yang kau tahu tentang Mark dan aku?”
“Aku tidak begitu tahu. Aku hanya tahu kalau kamu dekat dengan Mark, setelah aku melihatmu sering bertemu di halte itu, sewaktu kita masih sekolah.”
“Halte itu? Halte tempat kita bertemu tadi?” Petra mengangguk. “Kenapa kami bertemu di halte, apa sekolah kita berbeda?”
“Kamu benar-benar tidak ingat ya?” Aku mengangguk yakin. “Kamu memang ingin melupakan atau memang tidak mengingatnya?”
“Aku juga tidak mengerti, aku tidak punya ingatan sama sekali tentangnya ... apa yang kau tahu tentang Mark?”