Kemarin: The Man In The Moon

tavisha
Chapter #17

#17

Alasan aku berada di dalam mobil Kelly adalah, karena aku ingin mendengar semua apa yang tidak kuketahui.

 

Kami di dalam mobil cukup lama. Mesin juga belum dinyalakan. Kami hanya berdiam diri di parkiran di depan asrama—alasan kami memilih di mobil adalah untuk menjaga apa yang sedang kami bicarakan.

 

Sebenarnya Kelly memutuskan untuk menyetir sendiri dan pulang ke apartemennya, itu mengapa pria yang memberikan kunci tadi malah pulang, aku baru tahu kalau orang itu adalah sopir keluarga Kelly—namun karena keberadaanku di sini, Kelly menunda kepulangannya ke apartemen agak lama.

 

“Aku sudah lama tinggal di Singapura—kami semua berpencar setelah perceraian kedua orang tuaku. Mark ke Los Angeles bersama ibu kandungku, sayangnya ibu kandungku sudah lama meninggal tidak lama setelah perceraian itu. Aku ke Singapura dan hanya Ben yang bertahan di Indonesia—aku mengambil penerbangan pertama pagi ini setelah mendengar kalau kau datang ke makam Mark kemarin. Aku sudah memerintahkan penjaga makam untuk mengawasimu, apakah kau akan datang ke makamnya atau tidak sama sekali,” katanya, menoleh kepadaku dengan tatapan ramah. “Aku sangat yakin Mark pulang kembali ke Indonesia, itu pasti karenamu—aku tidak tahu pasti apa yang dia pikirkan.”

 

Dia mengambil napasnya sejenak lalu kembali melanjutkan ceritanya. “Mark tidak bunuh diri,” katanya, tatapnya kosong memandangi jendela mobil. “Itu pembunuhan.” Nadanya terdengar bergetar, namun berusaha terdengar tenang.

 

Aku hampir terlonjak kaget mendengar pernyataannya. “Pembunuhan?”

 

“Mark bukan targetnya—sayangnya Mark menjadi korbannya. Adikku yang malang.” Tatapannya masih kosong. “Saat pertama kali melihatmu di rumah sakit—aku hampir saja menjadi pembunuh juga—butuh waktu yang lama aku bisa menerima kenyataan itu, menerima kau ada di hidup Mark.” Dia menoleh kepadaku. “Maafkan aku.”

 

Lidahku kelu. Aku masih belum memahami apa yang sebenarnya terjadi. “Bagaimana dengan berita itu ... kecelakaan ... bunuh diri? Bagaimana dengan ... ku?”

 

“Mobil yang digunakan Mark malam itu sebenarnya tidak seharusnya digunakannya ... mobil itu sudah di-setting untuk sedemikian rupa agar bisa membunuh ... ayahku ... tapi malah Mark yang mengendarainya ... mesin bahkan sampai rem mobil itu benar-benar tidak berguna ... Mark tidak bisa mengendalikan mobil itu dan ya, dia menabrak pagar sungai dan ....”

 

Oh, Tuhan ... jika saja aku tidak duduk, mungkin aku sudah pingsan mendengar kenyataan yang diceritakannya— bagaimana bisa aku abai dengan kenyataan yang terjadi? Lalu... bukankah itu menjadi aneh ... kenapa denganku? Kenapa aku juga terjatuh di sungai itu?

 

Aku menghela napasku bersyukur dan masih sedikit terkejut bahwa berita tentang bunuh dirinya hanya berita palsu. “Syukurlah berita itu salah.”

 

“Berita itu tidak salah sepenuhnya—hanya saja penyampainnya kurang tepat. Dan kami harus segera membereskan masalah itu sebelum semuanya menjadi tidak terkendali.”

 

“Maksudnya? Bukankah itu berita itu melulu membahas tentang kasus bunuh dirinya yang ternyata salah?” dia mengangguk.

 

“Kasus bunuh diri itu berita benar, tapi tidak ditunjukan untuk Mark tapi untuk ... mu.”

Apa?!

Tiba-tiba saja dadaku menjadi sesak. Ingatanku tentang mimpi itu terpanggil kembali. Aku melihat Mark duduk di bangku mobilnya pada saat jatuh ke sungai itu—apa aku merekayasa mimpiku sendiri—apa sebenarnya yang berusaha untuk keluar dari mobil itu adalah Mark bukan aku?

 

“Kenapa kau mengatakan seperti itu?! Aku tidak mungkin melakukan hal konyol seperti itu ...” aku tidak terima.

 

“Semua bukti itu mengarah padamu—meskipun aku tahu penyebabnya, tapi aku tidak tahu kenapa kau bisa bertindak seperti itu.”

 

“Penyebab? Aku benar-benar tidak pernah berpikiran untuk melakukan hal gila itu.”

 

“Mungkin kau hanya tidak ingat, sayang—jangan lakukan itu lagi.”

 

“Aku tidak mungkin melakukannya ... aneh sekali— tidak ada alasan kenapa aku melakukan itu.”

 

“Alasan itu sudah sangat jelas.”

 

“Itu pendapatmu saja, kan?” Dia hanya menatapku, bersalah. “Baiklah, aku merasa tidak melakukan itu ... lalu bagaimana dengan tersangka pembunuhan itu dan kenapa kasusnya di tutup begitu saja?”

“Karena ini menyangkut keluarga kita ... keluarga kita sedikit bersyukur karena pemberitaan yang salah—seorang wartawan amatir menjadi referensi yang salah bagi para wartawan lainnya, karena dia sumber paling utama mendapatkan berita, sebelum kasus itu harus di sembunyikan dari banyak pihak—setidaknya itu bisa menjaga nama baikmu. Dan ....”

 

Lihat selengkapnya