Kematian Misterius

MuhammadMisbakhulMunir
Chapter #3

Di Jam 3, dunia berubah

Jam menunjukkan pukul 02:57. Kota masih tenang. Lampu jalan berkelip pelan, tertutup kabut yang menggantung rendah. Reyna duduk di dalam mobilnya, memandangi langit malam yang tampak lebih kelam dari biasanya. Ji-Woo belum juga ditemukan. Sudah tiga hari sejak mobilnya ditemukan kosong. Tidak ada sidik jari, tidak ada saksi. Hanya jam tangan pecah dan bau bensin yang menyengat.

“Jam tiga …,” bisik Reyna pelan, seolah mencoba mengingatkan dirinya bahwa segalanya berubah pada waktu itu.

Ia menyalakan tape mobil. Tak ada suara. Hanya dengungan samar—frekuensi aneh yang membuat kepala pening. Ia buru-buru mematikannya. Tapi sebelum sempat keluar, ponselnya berbunyi.

Nomor tidak dikenal. Suara di ujung sana datar, nyaris tanpa emosi.

"Dia masih hidup. Tapi tidak untuk waktu lama. Kau hanya punya satu kesempatan."

Seketika, sinyal hilang.

---

Di tempat lain, Dio duduk di sudut bangunan terbengkalai. Tangan kirinya penuh luka karena memecahkan kaca jendela beberapa hari lalu saat menyelamatkan seorang anak kecil dari kobaran api. Tapi tak satu pun media memberitakannya. Karena Dio bukan siapa-siapa. Hanya pria bisu tanpa identitas, tanpa keluarga. Namun malam ini, matanya terpaku pada layar kecil di hadapannya—siaran berita menampilkan wajah Reyna yang berjalan keluar dari kantor penyelidik. Terdapat rekaman kamera pengawas yang menangkap sosok berpakaian merah berdiri diam menatap Reyna dari kejauhan.

Sosok itu… Dio mengenalnya.

Atau lebih tepatnya—ia mengaku melupakannya.

Ia membuka buku catatannya, lembaran-lembaran penuh dengan sketsa wajah, angka, dan peta. Di halaman ke-33, sebuah simbol besar melingkar, sama seperti yang Reyna temukan di TKP. Dio menggambar itu sebelum ia pernah melihatnya.

Dan itu membuatnya takut.

---

Reyna kembali ke markas. Ia terkejut saat mendapati seorang wartawan sudah menunggunya di luar. Namanya Raka—wartawan muda yang dikenal ambisius dan gila sensasi. “Kau harus dengar ini, Reyna. Aku punya sesuatu yang mungkin bisa mengarah ke pelakunya.”

Reyna menatapnya curiga, namun rasa putus asa memaksanya mendengarkan.

Lihat selengkapnya